5 Mal di Jakarta yang Penuh Kenangan dalam Hidup Gue

Siapa sih yang gak pernah ngemol?

Bagi anak muda yang tumbuh dan besar di kota khususnya Jakarta pasti pernah dong! Mungkin bukan pernah lagi, tapi sering. Dengan pesatnya arus globalisasi, tak bisa dipungkiri bahwa mal tak lagi sekadar menjadi tempat transaksi ekonomi, namun juga telah menjadi bagian dari gaya hidup dari masyarakat urban.

Gue akui, gue sendiri anak mal. Enggak setiap minggu atau setiap hari juga sih main ke sana. Tapi dalam sebulan, pasti ada deh kegiatan pergi ke mal, meskipun cuman sekali (kecuali pas pandemi). Apalagi sejak gue melakoni pekerjaan sebagai bloger, mau enggak mau mengharuskan gue buat pergi ke mal karena acara bloger sering diadakan di sana.
Plaza Indonesia, salah satu mal di Jakarta (dok. theparadise-group.com)

Alhasil, semakin sering gue terlibat dalam pekerjaan sebagai bloger, semakin banyak mal yang mesti gue kunjungi. Mal yang gue maksud di sini enggak terbatas cuman di Jakarta aja, namun juga di daerah-daerah sekitarnya khususnya Tangerang.

Selain karena urusan pekerjaan, gue hang out ke mal biasanya buat hiburan. Entah itu pengen ketemuan sama teman, nonton bioskop, nyari wifi atau ya karena lagi gabut aja. Belum tentu belanja barang tertentu sih, tapi sekadar makan atau beli minuman yang murah-murah biasanya gue lakuin.

Sebelumnya gue beranggapan bahwa kalau gue main ke mal ya main ke mal aja. Namun seiring berjalannya waktu, gue menyadari bahwa ternyata mal bukan cuman tempat maen aja, tapi juga tempat menjalin memori. Tanpa gue sadari, beberapa mal di Jakarta telah menjadi bagian dari kenangan dalam hidup gue sedari kecil yang kalau gue pikirin, masing-masing mal memiliki kesan berbeda-beda.

Melalui tulisan ini, gue pengen berbagi tentang beberapa mal yang melekat dalam memori gue dan menjadi kenangan sejak gue masih bocil hingga dewasa seperti sekarang.

1. Mal Ciputra Jakarta - Mal Pertama yang Dikunjungi

Mal Ciputra Jakarta (dok. Bisnis.com)

Kalau ditanya tentang apa mal yang paling memorable dalam hidup gue, maka Mal Ciputra Jakarta adalah jawabannya. Mal yang juga suka disebut Citraland ini jadi mal yang paling membekas di memori gue karena inilah mal pertama yang gue kunjungin sejak gue kecil.

Gue inget banget waktu masih kelas 1 SD gue pernah diajak sama almh. kakak gue, Mbak Yuli dan suaminya ke Citraland. Gue pergi ke sana bareng mpok gue dengan naik angkutan warna merah B07. Angkutan ini emang tujuan akhirnya ke Citraland. Jadi naik sekali aja dari perempatan lampu merah, kita udah bisa nyampe di sana.

Begitu nyampe, gue yang waktu itu masih bocil langsung takjub dong. Gue kira Ramayana Kebayoran itu udah bagus. Tapi ternyata kalau dibandingin sama Citraland yang berukuran lebih besar, Ramayana justru gak ada apa-apanya (yaiyalah gak apple to apple perbandingannya). Saking norcixnya, gue merasa wah gitu kalau main ke Citraland karena saat itu gue cuman tahu Mal Citraland.

Selain karena merupakan mal pertama yang gue kunjungin, Mal Citraland ini juga berkesan karena gue kenalan sama Toko Buku Gramedia di sana. Gue inget pas ada di sana gue minta buat dibeliin komik "Doraemon edisi petualangan vol. 15: Catatan Harian Nobita" dan itu merupakan komik Doraemon pertama yang punya. Sampe sekarang, komiknya masih terjaga meskipun sampulnya udah jelek. Pulang-pulang dari sana, gue tidur terus pas malemnya, gue khatamin komik Doraemonnya dari awal sampe habis. wkwk

Setelah kunjungan pertama, gue kembali ke Mal Ciputra beberapa kali sama almh. kakak gue. Pas gue masih kecil gue lupa kapan aja pergi ke sana. Tapi yang pasti, terakhir gue pergi ke sana tahun 2013 beberapa hari setelah lebaran. Gue ikut sama dia buat nemenin dia mengurusi sesuatu. Kita pun sempat makan KFC bareng di sana. Fiyya, keponakan gue (anaknya mpok gue) juga ikut saat itu.

Selain sama Mbak Yuli, gue juga pernah ke sana sama nyokap gue. Kita pergi ke sana berdua. Gue lupa detailnya kapan tapi seinget gue pergi ke sana waktu gue kelas 5 SD. Gue senang banget setiap kali pergi ke sana karena gue bisa minta beliin komik di gramedia.

Saat SMA, gue pernah mampir ke sana juga. Pas libur lebaran 2008, gue pernah mampir ke sana bareng Tri, temen gue dari kecil. Sepulangnya dari sana gue beli buku sedangkan Tri beli belanjaan dari Hero. 

Pas bulan puasa 2009, gue mampir lagi ke sana sendirian. Waktu itu gue ke sana mau beli buku. Tapi pas mau pulang ternyata gue dihipnotis orang asing sehingga gue kehilangan hape, sendal dan juga dompet. Hiks. Sedih mah kalau diceritain.

Selepas lulus SMA, gue juga mampir ke sana dalam rangka bekerja. Yap, gue pernah magang di salah satu tempat makan di sana dan gue juga pernah kerja di Gramedia Citraland selama beberapa bulan. Ketika bekerja, gue pulang pergi dengan menggunakan transjakarta.

Dulu gue beranggapan kalau Mal Ciputra itu mal yang wah dengan jarak paling dekat dari rumah. Tapi setelah gue mampir ke mal-mal lain di Jakarta, gue pun sadar kalau Mal Ciputra mah belum seberapa. Kendati demikian, Mal Ciputra turut berperan dalam membentuk kenangan dalam hidup gue.

2. Grand ITC Permata Hijau - Mal Terdekat Pengisi Kenangan Masa SMP

Grand ITC Permata Hijau (dok. Sinar Mas Land)
Berikutnya ada Grand ITC Permata Hijau yang menjadi mal penuh kenangan dalam hidup gue. Mal ini letaknya dekat sama rumah gue dan lebih dekat lagi dengan SMP tempat gue sekolah. Tinggal jalan kaki aja, gue pun udah bisa sampai ke sana.

Sebelum dibangun, Mal ini dulunya perumahan gitu. Tapi sejak rumahnya digusur-gusurin, akhirnya berdirilah Grand ITC Permata Hijau. Gue gak tahu pasti kapan rumah di sekitar mal tersebut digusurin. Tapi yang gue ingat, mal ini baru ada jaman-jaman gue kelas 1 SMP yakni sekitar tahun 2005.

Seperti anak SMP pada umumnya, gue mengalami fase kehidupan remaja yang diliputi rasa penasaran yang tinggi. Alhasil, begitu mal ini dibuka untuk umum dan sering diperbincangkan oleh orang-orang di sekitar rumah, gue pun penasaran untuk mengunjunginya. Apalagi pas dikasih tahu kalau supermarketnya (carrefour) itu dibangun di bawah tanah dengan ukuran yang luas, gue dan teman-teman sebaya gue pun makin kepo. Duhileh sok-sokan pengen maen ke mal, padahal ada duit juga kagak wkwk

Nah, lucunya, karena saat itu gue masih remaja tanggung dan untuk mencapai ke ITC kita mesti nyeberang, gue dan teman-temen gue yang seumuran (tetangga juga) suka ditakut-takutin sama orang dewasa di sekitar (salah satunya mantan om gue sendiri). Intinya kita dibilangin agar jangan ke sana. Soalnya belum lama ada orang yang meninggal karena tertabrak kendaraan yang melintas pas nyeberang. Hiii ngeri! 

Gue paham sih maksudnya. Dari segi jarak, ITC itu emang deket. Tapi bagaimana pun, untuk ke sana kita mesti nyeberang di perempatan. Masalahnya, kendaraan yang melintas itu kenceng banget sehingga membuat mereka khawatir jika kita pergi ke sana. 

Mungkin mereka juga masih nganggep kita masih kecil semua. Maka dari itu mereka nakut-nakutin gue dan yang lain dengan cerita kecelakaan karangan mereka. Bahaya, jangan ke sana. Mending di rumah aja! Intinya sih kayak gitu.

Tapi ya namanya juga anak kemarin sore. Berhubung penasaran udah tingkat akut, gue beserta teman-teman yang lain pun enggak merasa takut dengan peringatan mereka sehingga kita pun mutusin untuk tetap pergi ke sana. Yang penting kita tahu bahwa saat menyeberang, kita mesti hati-hati. 

Akhirnya saat masa SMP, salah satu kenangan gue diisi dengan maen ke Grand ITC Permata Hijau. Kadang bareng temen, kadang sendiri. Tapi pergi ke sana dengan teman-teman seumuran dengan jumlah teman terbanyak (kalau gak salah sampe 5 orang), seinget gue cuman terjadi sekali aja. 

Satu hal yang gue inget adalah, setiap kali pergi ke sana saat masih SMP, gue dan teman-teman yang lain suka keliling di Carrefour. Tujuannya cuman satu: nyobain tester kue secara gratis! Satu per satu tester kita cobain sampe berasa ada untungnya juga mampir ke ITC. Mayan jajanan gratis. wkwk

Terkadang gue juga pergi ke sana bareng emak dan almh. mpok gue. Tapi tiap kali pergi bareng mereka, gue sering minta dibeliin komik Doraemon karena di Carrefour dijual berbagai macam buku bacaan. Meski ITC Permata Hijau punya beberapa kekurangan, mal tersebut menjadi pengisi kenangan gue saat masih SMP.

3. Blok M Square - Mal Tempat Nonton Bioskop Pertama dan Tempat Berburu Buku Bekas Terbaik

Blok M Square (dok. multikon.co.id)

Selain Mal Ciputra dan ITC Permata Hijau, gue merasa Blok M Square sebagai menjadi mal penuh kenangan dalam hidup gue selanjutnya. Di sinilah gue nonton bioskop di mal untuk pertama kalinya.

Kalau nonton bioskop pertama kali sih gue udah pernah melakukannya di Keong Emas Taman Mini. Tapi kalau nonton bioskop di mal, maka XXI Blok M Square adalah jawabannya.

Gue nonton di bioskop Blok M Square tahun 2009 dengan judul "Merah Putih" sebagai film yang gue tonton. Waktu itu diajakin sama teman SMA buat nonton di sana. 

Sebenarnya sih dari awal gue udah bilang ke temen gue itu kalau gue gak ada duit. Tapi berhubung gue diajakin dan katanya ongkos pulang pergi  dibayarin, gue pun akhirnya ikutan. Jadinya gue cuman bayar tiket bioskop aja sebesar Rp30.000. Sisanya ya dibayarin sama teman gue.

Gue pergi ke Blok M Square berempat, yakni gue, Intan (suka dipanggil Gelo sama teman-teman sekolah), Zarkasih dan Hikmah. Kita ketemuan di Kampung Baru dan menuju ke sana dengan naik taksi. Gue lupa awal mulanya gimana kok bisa diajak nonton sama mereka. Padahal sebelum-sebelumnya kita enggak pernah pergi apalagi nonton bareng, tapi bersama merekalah gue nonton di bioskop mal pertama kalinya.

Sejak itu, "Merah Putih" menjadi film pertama yang gue tonton di bioskop di mal. Gue enggak pernah nonton bioskop sebelumnya karena keluarga gue gak ada yang terbiasa nonton bioskop. 

Selain itu, gue juga beranggapan bahwa jumlah Rp30.000 untuk beli tiket nonton itu bukan jumlah yang kecil. Jumlahnya besar bagi anak SMA bagi gue saat itu. Itu juga belum termasuk ongkos pulang pergi dan jajan sehingga gue mesti megang uang lebih dari Rp50.000 untuk sekadar nonton film di bioskop. Alasan lainnya, mungkin karena gue kurang gaoel juga saat itu? Makanya belum pernah nonton di bioskop sebelumnya wkwk.

Tahun-tahun berikutnya gue menyadari bahwa ternyata Blok M Square itu enggak sekadar mal aja, tapi juga surganya pencinta buku terutama buku-buku bekas. QGue baru tahu info tersebut dari Ilman, temen gue yang satu sekolahan terus dari SD sampe SMA. Dia bilang bahwa di basement itu banyak yang jualan buku dan pas gue ke sana, ucapannya emang beneran terbukti.

Alhasil dalam beberapa kesempatan, gue sama dia (terkadang juga sama Ziqi, Fahri dan Ali) pun suka maen ke sana untuk berburu buku. Kadang naik Kopaja, kadang pula naik sepeda motor. Momen tersebut terjadi saat gue masih SMA dan saat gue masih kuliah. Setelah lulus kuliah, udah enggak pernah lagi karena prioritasnya sudah berbeda.

Sebenarnya sih Blok M Square itu mal yang biasa aja. Tapi gue enggak bisa memungkiri bahwa beberapa memori dalam kehidupan gue direkam di sana. Selain jadi tempat pertama kali nonton bioskop di mal plus langganan dalam berburu buku-buku bekas, Blok M Square juga pernah menjadi tempat ketemuan gue sama teman-teman KKN buat buka puasa bersama dan tempat ketemuan awal saat gue memulai karier sebagai seorang blogger. Benar-benar mal penuh kenangan!  

4. Pasaraya Blok M - Mal Tempat Latihan Angklung

Pasaraya Blok M (dok. Kompas.com)

Kalau bicara secara general, kawasan Blok M terbilang kawasan yang tak terlupakan bagi gue. Tak hanya Blok M Square, Pasaraya Blok M juga satu di antaranya.

Tiap kali pergi ke sana, gue jadi teringat dengan tahun 2013-2014, masa-masa saat gue masih kuliah semester awal. Soalnya dalam rentang waktu tersebut gue bergabung dengan komunitas Rumah Angklung. Nah, basecamp Rumah Angklung itu ada di sana tepatnya ada di lantai 3.

Alhasil, tiap Sabtu siang gue (kadang juga Sabtu pagi) gue pergi ke sana untuk belajar musik dan latihan angklung bareng teman-teman yang lain.

Gue akui awalnya sih gue merasa asing sama Pasaraya Blok M. Tapi karena sering ke sana, pelan-pelan gue jadi terbiasa dan merasa akrab sehingga membuay gue merasa ada keterikatan dengan Pasaraya Blok M. Di sanalah tempat gue belajar banyak hal dan menjalin relasi dengan banyak orang baru.

Makin berkesan berada di sana ketika kami latihan memainkan angklung terus ada orang asing (khususnya bule) yang tepuk tangan. Rasanya puas bukan main.

5. Grand Indonesia - Mal Favorit dan Langganan Screening Film

Grand Indonesia (dok. Nusa Daily)
Bicara soal mal yang penuh kenangan, maka Grand Indonesia menjadi mal yang tak bisa gue lewatkan. Ikatan dari segi emosional kayak Mal Ciputra sih enggak ada, tapi gue merasa bahwa Grand Indonesia adalah mal favorit gue.

Pertama kali gue ke Grand Indonesia pada Oktober 2016. Itu pun bermula dari kegiatan bloger. Kalau enggak ada kegiatan bloger di sana, kemungkinan untuk berkunjung ke sana dimulai dari tahun setelah 2016. Dalam beberapa kesempatan, gue mampir ke sana karena memang urusan pekerjaan sebagai bloger. Namun seiring berjalannya waktu, gue pergi ke sana karena gue merasa nyaman dengan Grand Indonesia.

Selain karena ukurannya besar, gue suka dengan Grand Indonesia karena mal ini terbilang lengkap. Bioskopnya kece, ada toko buku, pilihan tempat makannya banyak bahkan ada tempat hiburan kayak Galeri Indonesia Kaya juga. 

Akses untuk pergi ke sana pun bisa dicapai dengan naik transjakarta. Cukup dengan transit di Harmoni kemudian lanjut ke arah Blok M dan turun di Halte Tosari, gue pun sudah bisa sampai di Grand Indonesia.

Yang  gue suka juga, bioskop di GI itu langganan digunakan sebagai tempat penyelenggaraan screening film yang baru tayang serta festival-festival film internasional kayak Festival Film Jepang, Festival Film Korea dan bahkan Festival Film Australia. Makanya tiap kali ada festival film yang diselenggarakan di GI, gue suka datang ke sana.

Melalui Komik Kompasiana, gue juga rajin datang ke GI untuk menikmati screening film. Harga tiket bioskop di GI paling murah itu minimal Rp50 ribu. Tapi karena ikut screening, gue enggak perlu bayar. Gratis! Makin asyik karena gue berkesempatan untuk nonton film duluan sebelum filmnya diedarkan secara lebih luas ke masyarakat. Nah, dari berbagai kelebihan itulah kemudian saya menjadikan GI sebagai mal favorit!


Ya begitulah mal. Tiap orang mungkin punya pengalaman dan kesan berbeda dengan sejumlah mal yang pernah atau bahkan sering dikunjungi. 

Namun satu yang pasti, sama seperti tempat lainnya, mal adalah tempat merekam memori. Keberadaannya juga bisa menjadi tempat penuh kenangan yang mungkin tak kita sadari namun berimplikasi pada kehidupan kita.

Comments

  1. Azekk dah dari kecil udah main ke Mal Ciputra...anak gaoel Jakarta banget ini mah..qiqiqi

    ReplyDelete
  2. Citraland juga mall pertama yg aku datangin pas ke Jakarta :D. Tp sbnrnya mall ini ga ksh kesan apa2 sih, mungkin Krn aku jarang juga ksana.

    Kalo ditanya yg berkesan dan penuh kenangan, aku bakal bilang PIM buatku memorable :). Krn dulu pertama kerja di salah satu bank Deket PIM, jd kalo udh gajian, Ama temen2 pasti nongkrongnya di PIM hahahahha.

    Trus dipindahin ke cabang lain, jadilah Senayan city jadi mall yg srg ditongkrongin :D. Terdeket Ama kantor. Trakhir, setelah nikah dan tinggal di area Rawamangun tp Deket Ama klp gading, mall kelapa gading jd fav sampe skr :D. Even Ampe skr aku ga hapal kalo udh diceburin ksana saking luasnya. Mall aja sampe MKG 5 :p.

    Kok kangen jadinya kalo inget mall :D. Udh lama bgt ga main sejak pandemi

    ReplyDelete

Post a Comment