Bad Genius: Let's Be Genius, But Not to be Bad!

Menjadi orang jenius adalah dambaan setiap orang. Siapa sih yang enggak mau dianugerahi otak yang encer? Semua orang pasti menginginkannya. Kalau hal itu ditanyakan kepada saya, maka jawabannya adalah: mau banget!

Orang yang jenius identik dengan hal yang baik atau positif. Tapi bagaimana jadinya jika kejeniusan itu dijadikan suatu keburukan? Itulah yang dikisahkan dalam "Bad Genius", sebuah film Thailand karya Nattawut Poonpiriya. Berdurasi 130 menit, film keluaran GDH 99 ini  bercerita tentang bagaimana seorang pelajar memanfaatkan kejeniusannya untuk mendapatkan pundi-pundi uang. Dengan alur cerita yang ciamik, film ini telah meraih penghargaan dalam kategori Best Feature di New York Asian Film Festival 2017 dan Best Director di Fantasia International Film Festival 2017. Thailand. Beruntung saya telah menontonnya dalam Komik Nobar beberapa waktu lalu. 
Poster film (dok GDH 99)
Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying) adalah gadis yang memiliki otak yang luar biasa. Kemampuan akademiknya sangatlah baik. Ia sering mendapatkan prestasi semasa SMP. Berbagai piala dan penghargaan telah diraihnya. Atas dasar itulah, selepas SMP ia berhak bersekolah di suatu SMA melalui beasiswa tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Sebenarnya sih ia tidak ingin bersekolah di sana. Namun karena dorongan dari sang ayah, akhirnya mau tak mau ia menurutinya.

Awal-awal masuk sekolah, Lynn adalah gadis lugu yang suka belajar. Kacamata selalu bertengger di matanya. Namun setelah bertemu dengan Grace (Eisaya Hosuwan), ia pun berubah. Ia tak lagi memakai kacamata. Meski begitu itu tak berpengaruh pada kemampuan otaknya. Ia tetap jenius. Bahkan kejeniusannya menjadikan ia sebagai guru les Grace.

Suatu hari Grace mengajak Lynn untuk berkunjung ke rumah Pat (Teeradon Supapunpinyo). Pat adalah kekasih Grace sekaligus teman sekelas Lynn dan Grace. Ia adalah anak yang terlahir dari keluarga yang sangat kaya raya. Di sana mereka bertiga berenang di kolam renang pribadi milik keluarga Pat.

Para pemain Bad Genius (dok. GDH 99)
Di saat itulah suatu hal yang tak pernah terduga di benak Lynn terjadi. Grace keceplosan kalau saat ulangan Lynn pernah memberikan contekan yang dituliskan lewat penghapus. Mendengar hal itu Pat merasa tertarik. Ia pun meminta jasa Lynn untuk memberikan contekan saat ulangan atau mengerjakan soal. Gratis? Tentu saja tidak karena Pat yang berlimpah uang akan membayar jasa tersebut. Pat pun merayu Lynn akan pundi-pundi uang yang lebih banyak karena ia juga akan mengajak teman-temannya yang lain. Lynn belum memberikan jawaban.

Di rumah, Lynn teringat akan ibunya. Lynn tinggal berdua dengan ayahnya karena kedua orang tuanya telah bercerai. Lynn mencoba memainkan piano yang sudah lama tak ia mainkan. Sang ayah mengingatkan Lynn untuk jangan menganggu tetangga tetapi Lynn tak menurut. Ia tetap memainkan piano. Di saat menekan tuts-tuts piano satu per satu tiba-tiba terbersit ide di otaknya. Piano dan contekan, bukankah itu ide bagus?

Keesokkan harinya Lynn mengajak Grace, Pat dan teman-temannya yang lain untuk berkumpul. Di saat itu Lynn pun kemudian memberitahu kepada mereka tentang bagaimana cara mendapatkan jawaban contekan dari Lynn. Caranya adalah Lynn menggerak-gerakkan jari seperti bermain piano dan teman-temannya harus memperhatikan dengan saksama. Tiap jawaban A, B, C atau bahkan D memiliki pola gerakan jari yang berbeda. Semula mereka bingung namun akhirnya mereka mengerti juga bagaimana cara memahami apa jawaban yang diberikan Lynn. Sejak itulah Lynn bisa mendapatkan pundi-pundi uang. Setiap kali melaksanakan misinya, saldo di buku tabungannya selalu bertambah. Lynn yang sangat sayang dengan sang ayah akhirnya membelikannya sebuah kemeja.
Salah satu media promosi Bad Genius di Hong Kong (dok. theatre.com.hk)
Bisnis contekan Lynn yang terselubung dengan istilah "les piano" semula berjalan mulus. Sampai akhirnya Bank (Chanon Santinatornkul) mengetahuinya. Bank adalah teman Lynn yang juga memiliki otak encer namun miskin. Ia hanya tinggal bersama ibunya yang bekerja sebagai kuli cuci. Bank  yang merasa tindakan mencontek itu tidak benar kemudian melaporkan tindakan tersebut kepada kepala sekolah. Akibatnya, hubungan antara Lynn dengan ayahnya sempat memburuk dan berakibat pada gagalnya Lynn meraih beasiswa kuliah. Lynn dan Bank pun bersitegang.

Di saat Lynn ingin berubah dengan berhenti dari bisnis mencontek, tawaran menggiurkan datang. Grace datang kemudian meminta Lynn untuk membantu dirinya dan Pat agar dapat lolos kuliah di Amerika. Sayangnya, agar dapat berkuliah di sana, mereka harus lulus dalam ujian STIC yang teramat susah. Lynn pun tak perlu khawatir karena Pat akan membayar jasa Lynn dengan bayaran yang lebih tinggi.

Lynn semula menolak. Namun ujian STIC yang dilaksanakan secara serentak di seluruh dunia membuat Lynn membuat ia berubah pikiran. Ia melihat ada peluang di sana. Akhirnya terbersit sebuah ide di benaknya. Waktu Australia lebih cepat daripada Thailand. Bagaimana jika ia mengerjakan soal-soal STIC terlebih dahulu di Australia kemudian ia memberikan contekan kepada teman-temannya di Thailand? Sayangnya, Lynn tak bisa melakukan hal ini seorang diri. Ia butuh orang jenius lainnya. Ia pun mengajak Bank. 

Bagaimanakah kelanjutannya? Mampukah Lynn menjalankan bisnis contekannya? Maukah pula Bank terlibat dan bekerja sama dengan Lynn?

Secara keseluruhan saya suka dengan film ini. Akting para pemainnya, sinematografinya apalagi alurnya semuanya memukau! Dari skor 1-10 saya memberikan nilai 9.5 untuk film ini. Dengan pesan bahwa "Let's be genius, but not to be bad!", film yang terinspirasi dari kisah nyata ini wajib menjadi tontonan bagi para pecinta film. Yuk nonton!
Foto bareng pemain Bad Genius (dokpri)

Comments