Opini.id, Cara Baru Beropini di Era Millenial

Bagi seorang blogger,  blog pribadi itu penting. Namun tidak cukup sampai di situ saja, seorang blogger baiknya tergabung pada platform-platform tertentu dan aktif menulis di sana. Alasannya, agar selain tulisan si blogger makin tersebar luas juga untuk membuat sebuah "branding" dan portofolio pribadi. Di saat portofolio telah tercipta dengan baik, seorang blogger bisa "membuka" pintu rezeki lainnya. Terlebih zaman sekarang orang HRD turut menyeleksi calon karyawannya lewat keaktifan di dunia maya. 

Berkat tergabung dan aktif di sebuah platform, saya pernah diundang untuk meliput media gathering tentang bulu tangkis dan mendapatkan fee yang lumayan. Berkat tergabung dan aktif di sebuah platform, teman saya, Kak Maidy juga pernah dihubungi oleh salah satu media terbesar untuk mengikuti wawancara. Siapa yang bisa duga jika rezeki bisa datang lewat keaktifan kita lewat sebuah platform? Intinya, platform itu akat bermanfaat bagi seorang blogger atau penulis, baik untuk sekadar aktualisasi diri atau untuk membuka pintu rezeki.

(dok. ncta.com)
Di era millenial seperti sekarang, platform untuk warga media berkembang pesat. Satu per satu tumbuh mewarnai dunia digital. Sebut saja kompasiana, indonesiana, kumparan, pijaru, qureta hingga hipwee. Setiap platform memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Ada yang temanya berat , ada yang temanya lebih ringan dengan ciri khas judul panjang-panjang  atau ada juga platform khusus esai dengan tulisan-tulisan yang "bikin mikir". Nah, di antara sejumlah platform yang saya ikuti, ada satu juga yang punya ciri khas tersendiri. Platform tersebut bernama opini.id. Tidak seperti platform media warga pada umumnya,  opini.id lebih menekankan pada opini-opini dan "sharing" warga media (netizen) akan suatu hal dalam versi singkat dalam bentuk buku mini.

Logo opini.id (dok. opini.id)
Opini.id? Kok baru denger ya?

Tenang, saya juga belum lama kok mengenalnya. Saya mengenal opini.id sejak September 2016. Kala itu opini.id tengah mengadakan kegiatan diskusi tentang Greater Jakarta dan saya salah satu peserta diskusi tersebut. Opini.id terbilang "anak baru" di dunia media warga jika dibanding dengan sejumlah platform lainnya. Jadi kalau ada netizen yang belum kenal itu dapat dimaklumi. Oleh karena itu saya menuliskan opini.id di sini agar opini.id makin dikenal dan menjadi pilihan bagi para warga media atau blogger untuk ikut bergabung di opini.id seperti saya. Hoho.

Oh ya, opini.id yang saya kenal saat 2016 beda dengan opini.id sekarang. Tak hanya warna identitasnya yang berubah, dari oranye ke hijau agak kebiru-biruan, juga dari fitur-fitur di platformnya. Dulu fitur-fitur pada platform di opini.id tak jauh berbeda dengan platform-platform yang lain. Kalau sekarang fitur-fitur pada platform opini.id mengalami perubahan. Perubahan ini sangat saya respon dengan positif karena opini.id versi sekarang mengarah ke arah yang lebih baik. Menurut saya opini.id sekarang "lebih greget" karena punya karakter sendiri yang tidak dimiliki dan berbeda daripada platform-platform lain.

Apa ciri khasnya? Ciri khasnya adalah opini.id rajin membuat konten-konten kreatif yang tak hanya menghibur namun juga mengedukasi dan memberikan pencerahan.

Salah satu contoh video yang dibuat oleh pihak opini.id (dok. opini.id)
Opini.id suka membuat video-video kreatif. Ada video 1 menit yang berisikan informasi seputar apa yang terjadi di dunia. Video ini sering diunggah di instagram opini.id. Ada  video-video obrolan kulkas yang sering menyindir apa yang sedang "hot" saat itu.  Ada pula video "Nge-Giring Nalar" yang dibintangi oleh Giring Nidji. Sepengalaman saya tergabung di beberapa platform lain, mereka tidak membuat konten kreatif, terutama di bidang video. Bagi saya langkah ini perlu diapresiasi karena opini.id menawarkan pilihan buat netizen yang malas baca artikel, bisa menambah wawasan hanya dengan memutar video. Terlebih dengan obrolan kulkasnya, itu ciri khas opini.id banget. Kok kepikiran aja ya bikin video dengan tema ngobrol saat membuka kulkas? Saya sih enggak kepikiran buat ngobrol saat buka kulkas, yang saya pikirkan mah makan saja. Hehe.

Itu dari sisi bagaimana opini.id membuat konten kreatifnya, bagaimana kalau dari sisi bagaimana warga media menulis? Ini juga punya keotentikan tersendiri yang sulit ditiru oleh platform lain.

Sebelum membahasnya lebih lanjut saya ingin berbagi tentang bagaimana caranya bergabung di opini.id. Untuk tergabung menjadi penulis di opini.id caranya mudah saja. Cukup daftar melalui e-mail atau akun medsos pribadi (twitter/facebook), kita sudah bisa menjadi warga opini.id. Jangan lupa untuk perbaharui profil dan tuliskan alamat blog pribadi kita di sana. Lalu setelah kita terdaftar kita bisa langsung menulis dengan cara yang mudah pula. Cukup klik "topic" dan klik tanda pensil berwarna hijau, kita sudah bisa menuangkan aspirasi apa yang hendak kita sampaikan.

Mudahnya menjadi warga di opini.id (dok. opini.id)
Keotentikan akan tampak setelah kita mengklik gambar pensil. Seperti yang saya sebut sebelumnya, konsep opini.id itu membuat buku mini yang ditulis dari halaman per halaman. Hal pertama yang kita temui setelah klik gambar pensil adalah kita akan menemukan sampul tulisan. Di sini kita bisa menulis judul tulisan dan mengunggah gambar sebagai gambar sampul dari tulisan yang hendak kita posting. Jangan harap kita bisa menulis panjang-panjang! Jumlah karakter untuk judul di sampul buku amat terbatas. Inilah yang kurang saya suka. Sebagai blogger yang terkadang butuh judul panjang, saya merasa "terganggu" karena kreativitas saya dalam membuat judul agak terbatasi. Namun mungkin justru itu keunikan opini.id: judulnya singkat-singkat.

Klik pensil putih berlatar hijau untuk menulis topik baru (dok. opini.id)
Buat judul tulisan dan unggah foto untuk sampul, langkah pertama dalam membuat konten kreatif opini.id (dok. opini.id)
Membuat judul tulisan sudah, berikutnya? Klik tanda tambah lagi. Setelah klik kita akan dihadapkan dengan satu halaman kosong. Di sini saatnya kita menuliskan deskripsi singkat tentang apa yang kita tulis. Namanya saja deskripsi singkat, maka karakter atau jumlah kata yang tersedia juga terbatas.

Menulis deskripsi singkat sebelum menulis isi tulisan (dok. opini.id)
Langkah berikutnya klik next di sudut kanan atas. Inilah saatnya kita memasuki "tubuh" tulisan kita. Masih ingat kan kalau di atas saya bilang opini.id punya karakter? Ini dia yang saya maksud. Tampilan di opini.id seperti buku dan sebagai penulis konten kita menulis satu kesatuan tulisan dari halaman per halaman namun jangan terlalu panjang. Terserah mau nulis berapa halaman, itu dibebaskan. Namun biasanya orang hanya akan menulis hingga maksimal 6 halaman.

By the way, urutan halaman yang akan kita tulis ini terdiri dari tiga: sampul atau cover tulisan, deskripsi singkat kemudian isi tulisan. Untuk melanjutkan bacaan, pembaca hanya tinggal melakukan swipe (untuk mobile) atau klik tanda panah (untuk via laptop/PC) layaknya membaca buku. 

Di bagian isi tulisan, opini.id menyediakan 3 fitur, yakni voice opinion, create article dan ask the crowd. Fitur opinion dan article sebenarnya hampir tidak berbeda. Kita bisa memasukkan gambar pada kedua-keduanya. Bedanya, pada artikel jumlah katanya jauh lebih banyak sedangkan pada voice opinion jumlah kata yang bisa ditulis sangat terbatas. Perbedaan lainnya adalah jika pada opinion dan kita tak mengunggah gambar, secara otomatis tulisan yang kita tulis akan menjadi seperti sebuah quote. Otomatis ada tanda kutipnya. Itu akan berbeda dengan artikel yang biasa saja.

3 fitur dalam menulis di opini.id (dok. opini.id)
Fitur "Voice Opinion" tanpa memasukkan gambar. Mirip quote! (dok. opini.id/pribadi)
Fitur "Create Article" tanpa mengunggah gambar. Jelas kelihatan beda kan dengan "Voice Opinion"? (dok. opini,id/pribadi)
Bagaimana dengan fitur Ask The Crowd? Di sini kita bisa membuat survey kecil-kecilan dengan mengadakan polling. Ada dua cara dalam membuat poling, yakni dengan teks dan gambar. Dengan membuat polling kita bisa tahu sejauh mana partisipasi para sobat opini.id dan apa opsi yang paling banyak dipilih oleh para sobat opini.  Lewat poling, ada kepuasan tersendiri jika yang ikutan poling itu berjumlah banyak, apalagi sampai mencapai ratusan.

Lalu meski tak akurat, poling juga secara tak langsung membuat kita tahu seberapa orang yang telah membaca tulisan kita karena sejak tulisan ini diturunkan opini.id belum memiliki fitur untuk mengetahui jumlah orang yang telah membaca tulisan kita. Misalnya pada tulisan saya yang berjudul "Asal-usul Kata Butterfly". Pada tulisan itu telah ada 490-an yang ikutan polling. Itu berarti setidaknya tulisan saya juga telah dibaca oleh 490-an orang. Sayangnya, dalam membuat poling kita tak bisa menawarkan opsi lebih dari 4. Jumlah maksimal opsi hanyalah 4 saja.

Senangnya saat 495 orang ikutan polling! (dok. opini.id/pribadi)
Opini.id adalah platform yang interaktif. Ia mengizinkan kita untuk melakukan komunikasi kepada antarwarga opini.id. Tak ubahnya media sosial, pada opini.id kita juga bisa saling follow-memfollow. Kita juga bisa memberikan komentar terhadap tulisan warga opini.id lainnya dan bahkan memberikan komentar dalam komentar. Ada pula "love" yang bisa diberikan jika kita menyukai suatu topik. Asik, kan?

Opini.id telah ramah teknologi. Untuk mengakses dan membuat kontennya, tak mesti melalui PC, kita juga bisa melakukannya lewat web mobile atau bahkan aplikasi mobile yang bisa diunduh secara gratis via playstore. Baik via web PC, web mobile ataupun aplikasi mobile, saya telah mencoba ketiganya. Semuanya oke, kecuali aplikasi mobile. Aplikasi mobile selalu bermasalah pada smartphone saya. Setiap kali saya mengunggah gambar, tiba-tiba aplikasinya berhenti dan kemudian keluar sendiri. Usut punya usut, ternyata aplikasi mobile opini.id belum ramah di semua merk smartphone. Ada merk smartphone yang sudah klik dengan aplikasi mobile opini.id, ada pula yang belum. Nah, merk samsung masuk dalam daftar merk smartphone yang belum "klik".

Aplikasi mobile opini.id (dok. google playstore)
Di opini.id, kita bisa menyebarkan konten yang kita sukai ke medsos seperti facebook, twitter dan bahkan whatsapp (untuk mobile). Jadi kita tak perlu capek-capek mengcopy linknya kemudian mempaste untuk sekadar menyebarkannya di media sosial. Selain itu kita juga bisa melakukan pencarian tentang nama kreator konten di opini.id dan judulnya. Tinggal klik kaca pembesar dan tulis apa yang hendak kita cari, beberapa detik kemudian opini.id akan membantunya. Sayang, fitur pencarian di opini.id masih belum begitu akurat. Meski telah menulis nama panjang sobat opini.id lainnya, nama yang tidak dimaksud masih masuk dalam daftar pencarian.
Klik simbol di  sebelah tanda tambah yang ada di pojok kanan bawah, maka kita bisa menyebarkannya ke medsos (dok. opini.id)
Kekurangannya? Saat tulisan ini dimuat, opini.id belum memiliki fitur draft dan edit sehingga kalau kita telah memosting dan ternyata salah ya wassalam. Kalau kita mau membuat dari awal lagi sih enggak apa-apa. Namun biasanya kita akan malas jika salah ketik, kita tidak bisa mengedit. Kita juga akan malas pula jika menuliskannya dari awal. Pasti bikin bete. Opini.id juga belum memiliki fitur penulisan caption foto sehingga kita kesulitan dalam menuliskan credit foto atau deskripsi singkat tentang foto. Bisa sih sebenarnya kita menulis di fitur artikel. Namun saya merasa kurang nyaman jika tak ada fitur caption foto.

Sepanjang saya menggunakan opini.id, saya tidak mengalami kesulitan dalam membuat konten. Opini.id sangat mudah untuk digunakan. Meski mungkin bagi pengguna pemula akan mengalami kebingungan, namun opini.id mudah dipelajari secara otodidak. Keluhan tentang opini.id mungkin terletak pada "error" yang datang dari opini.id sendiri, misalnya tidak bisa mengklik post padahal saya telah menulis dan mengunggah gambar.

Tulisan para warga media di opini.id (dok. opini.id) 
Kendati demikian, saya masih dapat memakluminya karena platform yang satu ini memang masih dalam tahap pengembangan. Alhasil, opini.id akan terus mengalami perbaikan dari waktu ke waktu. Buat teman-teman yang suka menuangkan opini dan berbagi info dalam versi singkat, opini.id ini sangat recommended untuk digunakan karena konsepnya yang listical alias tulisan yang ditulis secara daftar atau poin per poin. Terlebih opini.id juga bermitra dengan berbagai media digital lainnya sehingga tulisan kita akan dipromosikan secara lebih luas. Namun buat teman-teman yang suka beropini panjang dan curhat pribadi, blog pribadi dan platform yang menyediakan ruang  lebih panjang tentu lebih cocok digunakan. Itu wajar, itu karena opini.id tidak menggantikan peran blog pribadi ataupun ranah platform lain. Itu karena opini.id hadir untuk turut mewarnai dunia media warga atau dunia blog. Namanya saja mewarnai, maka saat bergabung di opini.id, warna kita tak akan terganti. Kita hanya mendapatkan warna lain saja dan warnanya akan menjadi lebih bervariasi.

Tulisan kita di opini.id juga akan dipromosikan lewat mitra-mitra ini loh! (dok. opini.id)
Secara keseluruhan, saya suka menjadi bagian dari warga opini.id. Opini.id memudahkan saya dalam membagikan gagasan dan pikiran saya kepada orang banyak lewat tulisan, foto serta video. Sebagai generasi millenial yang identik dengan generasi menunduk, saya rasa opini.id adalah cara baru buat beropini di era milenial.

***

Yuk follow dan update berbagai akun medsos dan website opini.id!

Facebook | Twitter  | Instagram | Website | Youtube

Comments

  1. Ada peluang untuk me-monetize tulisan gak di web ini? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ke depannya sih opini.id bakal kasih "reward" ke penulis2 di sana yg tulisannya bagus. Tapi belum tau lagi mbak lebih jelas soal rewardnya gimana dan seperti apa. Hoho. Mudah2an sih bakal diwujudkan ya oleh opini.id :)

      Delete
  2. Iya kalo mau nulis yang singkat dan informatif opini id jadi pilihan deh, semoga akan ada reward ya bagi penulis karena tau sdri skr blogger nulis aja dibayar ya kan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, kalau mau curhat dan nulis essay, opini.id gak cocok. Opini.id lebih cocok buat yg nulis singkat dan informatif.

      Mudah-mudahan nanti ada "reward" ya dr opini buat para blogger yg aktif. Biar blogger2 pada makin betah nulis di opini.id hoho

      Delete
  3. wah..lengkap banget ulasannya..sebagai salah satu pendatang baru yang mecoba nulis di opini.id..saya suka banget dengan kemudahan dan praktis..gambar yang ditampilkan pun mudah menguploadnya..saya suka tampilan tulisan saya menjadi seperti layaknya buku mini...saya mau coba fitur lainnya deh terutama bukin vote..terima kasih yaa valka untuk informasinya dan rekomendasi nulis di opini.id.. :)

    ReplyDelete
  4. platform opini itu unik tdk seperti kebanyakan yg lain. selain itu juga mobile friendly, bisa banget publish disaat enggan buka pc

    ReplyDelete
  5. Lg nyari platform yg isinya opini anak muda ttg masalah2 serius (poleksosbudhankam) ada referensi ga ya?

    ReplyDelete

Post a Comment