Sepeda di Jepang (dokpri) |
Enggak pernah terbayangkan malam itu jadi malam yang menegangkan sekaligus jadi malam tak terlupakan bagi gue. Gimana enggak, saat asik-asiknya naik sepeda, gue malah diberhentiin sama polisi. Bukan polisi Indonesia, tapi polisi Jepang! Nah loh?!
Pengalaman ini terjadi saat gue traveling ke Osaka, Jepang pada 7 November 2023 lalu. Malam itu gue pengen eksplor daerah di sekitar tempat penginapan. Berhubung di hotel tempat gue nginep yakni Hotel Mikado menyediakan fasilitas sepeda yang bisa digunakan secara gratis, gue pun memanfaatkannya untuk berpergian.
Tanpa pikir panjang, pergilah gue naik sepeda menuju Masjid Istiqlal Osaka. Kebetulan lokasinya dekat dengan hotel.
Masjid Istiqlal Osaka (dokpri) |
Saat melakukan perjalanan dari hotel ke lokasi tujuan sih aman-aman aja. Tapi saat jalan pulang dari masjid ke hotel, suatu hal tak terduga terjadi. Ketika gue sedang menyeberang jalan di sebuah perempatan, tiba-tiba sebuah mobil polisi menghampiri gue. Kejadiannya terjadi sekitar pukul 19.30-19.40 WIB. Belum malam-malam amat sebenarnya.
Posisi mobil polisi tersebut sebenarnya sudah berada di tengah-tengah jalan tetapi dalam keadaan berhenti. Naah, pas gue lagi menyeberang lurus melewati perempatan, mobil polisinya tiba-tiba nyamperin gue. Dia pun jalan bersisian dengan sepeda yang gue kayuh.
Awalnya gue kira gue disuruh naik sepeda di atas trotoar. Tapi ternyata enggak dong. Gue malah disuruh minggir dan berhenti dulu. Deg! Seketika gue merasa degdegan.
Gue sama sekali gak sempat merekam atau memotret kondisi jalanan saat itu. Boro-boro motoin suasana jalan, bisa lepas dari polisi Jepang aja udah tenang. Tapi kalau digambarin situasinya, kurang lebih gambarannya seperti gambar di bawah ini. Tanda X adalah posisi saat gue mau nyeberang, sementara tanda O adalah posisi mobil polisinya yang sedang berhenti di tengah jalan. Mobil polisinya seakan mau menyeberang atau berbelok tetapi posisinya berhenti.
Ilustrasi saat kejadian (dokpri) |
Nah, enggak lama setelah nyuruh gue berhenti di atas trotoar, si polisi memarkir mobilnya di pinggir jalan. Kemudian 2 orang polisi keluar nyamperin gue. Satu orang tampak sudah tua, sementara satunya lagi terlihat masih muda dan tampan. Penampilan keduanya sama-sama terlihat rapi dan bersih dengan seragam polisi Jepang khas warna biru lengkap dengan topinya.
Ilutsrasi polisi Jepang (dok. Androniki Christodoulou/Reuteurs) |
Deg! Makin degdegan gue karena tiba-tiba diberhentiin oleh polisi. Diberhentiin polisi di negeri sendiri aja bisa panik, apalagi di negara orang.
Gue pun berpikir, "Gue melanggar apa ya?" Perasaan gue kagak melanggar apa-apa. Gue naik sepeda juga mengikuti cara orang Jepang ketika naik sepeda. Mereka naik sepeda di atas trotoar, gue ikutin. Mereka menyeberang saat lampu hijau menyala, gue juga ikutin.
Pikiran gue kemana-mana. Gue sempat berpikir, "Jangan-jangan gue bakal dibawa ke kantor polisi!" Kalau dibawa ke kantor polisi, apa gue bakal kena hukuman? Mana gue sendirian lagi kagak ada siapa-siapa. Gue sebenarnya panik, tapi di sisi lain berusaha untuk tenang.
Tak lama kemudian, salah seorang polisi meminta kartu identitas gue dalam bahasa Jepang. Gue awalnya bingung, kartu apaan? KTP maksudnya? Atau apa awalnya dia mengira gue orang lokal jadi diminta kartu identitas?
Akhirnya gue buka tas terus kasih paspor ke mereka. Di titik ini gue merasa bahwa emang penting banget kalau kita traveling ke luar negeri, kita bawa paspor ke mana pun kita pergi. Jangan ditinggalin di hotel untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga seperti ini.
Gue enggak ngebayangin apa jadinya kalau gue enggak bawa paspor. Mungkin bakal lebih ribet lagi kali ya urusannya? Soalnya kalau gue lupa bawa paspor, gue mungkin akan dianggap enggak punya izin untuk pergi ke Jepang.
Polisi yang usianya udah bapak-bapak lantas memeriksa paspor gue. Seinget gue, dia memeriksanya dengan menggunakan senter kecil biar kelihatan karena saat itu malam hari sehingga kondisinya gelap.
Gue sih pede aja kalau diperiksa soal izin karena visa gue juga masih berlaku. Tapi enggak bisa dipungkiri bahwa gue tetap aja gue masih merasa degdegan karena takut dibawa ke kantor polisi. Meskipun panik, gue mesti harus terlihat tenang biar mereka yakin bahwa gue bukan orang yang mencurigakan dan aman-aman saja. Kejadiannya secepat itu.
Setelah paspornya diperiksa, gue kira bakal urusannya bakal selesai. Tapi ternyata tidak ferguso! Belum puas, mereka kini interograsi gue menggunakan bahasa Jepang. Gue jawab sebisa gue.
Polisi yang lebih tua nanya, "Kanko? (Lagi jalan-jalan?)"
Karena gue panik, gue enggak bisa mikir sehingga gue malah jawab, "Wakaranai (enggak ngerti.)"
Dia kemudian nanya lagi, "Mau ke mana?".
Gue jawab, "Mau ke Hotel Mikado."
Polisi muda: "Ini sepeda punya masnya?"
Gue: Bukan, ini sepeda hotel. (Kata gue sambil menunjukkan keterangan hotel yang menempel di sepeda.)
Selesai?
Tentu saja belum.
Sekarang polisinya malah kepo dengan barang-barang yang gue bawa saat itu. Salah satunya mereka penasaran dengan mic wireless yang gue tempelin di kemeja untuk ngevlog. Gue jawab jujur dan apa adanya bahwa itu adalah mic untuk ngevlog.
Masih penasaran, kini polisinya menggeledah tas gue. Mereka penasaran sama apa yang ada di dalamnya. Berhubung gue enggak bawa sesuatu hal yang aneh, gue pun membukanya dan langsung tunjukin apa isinya.
Dari beberapa benda di dalam tas, si polisi penasaran dengan dengan gimbal (stabilizer) yang gue bawa. Ya gue jawab aja bahwa benda tersebut fungsinya adalah untuk merekam.
Sebagai orang asing, gue sempat ingin memanfaatkan privilege sebagai gaijin alias foreigner. Ini gue terapin buat jaga-jaga seandainya gue dibawa ke kantor polisi dan gue dianggap melanggar aturan sehingga dikasih hukuman.
Jadi kalau gue mengerti dengan apa yang mereka omongin, gue bakal pura-pura enggak ngerti dan bilang kalau gue enggak tahu dengan aturan yang berlaku di sana. Wajar kalau dianggap enggak paham kareba gue kan emang orang asing di sana.
Setelah ditanya-tanya dan tas gue diperiksa, polisi yang perawakannya bapak-bapak meraba-raba saku celana gue. Duh, mau diapain nih? Gue enggak tahu apa yang ada di pikirannya. Tapi gue rasa dia ingin memastikan apakah gue membawa benda lainnya yang disimpan di saku celana. Nyatanya, enggak ada apa-apa karena semua barang gue letakkan di dalam tas.
Merasa gue aman, mereka lalu mengembalikan paspor gue. Gue agak ngefreeze karena gue enggak nyangka bakal diberhentikan dan diinterogasi oleh polisi di negara orang. Gue emang udah lama enggak naik sepeda. Tapi sekalinya naik sepeda malah diberhentiin oleh polisi di negara orang.
Gue pun udah membayangkan hal terburuk yang mungkin terjadi, yakni dibawa ke kantor polisi di Jepang. Gue bahkan sempat minta maaf saat gue disuruh minggir dan berhenti kemudian mencoba ingin memanfaatkan 'privilege' sebagai orang asing.
Tak lama kemudian, dua polisi Jepang tersebut masuk ke dalam mobil lalu meninggalkan gue. Dengan jantung berdebar-debar, gue langsung mengayuh sepeda menuju hotel karena masih shick shack shock dengan apa yang gue alami barusan. Fyuh!
Interogasinya sebenarnya berlangsung sebentar. Tapi karena gue merasa panik, waktu saat itu terasa amat lama. Sampai sekarang gue enggak tahu alasan pasti kenapa mereka memberhentikan gue saat naik sepeda. Gue pun enggak kepikiran buat nanya-nanya karena udah keburu panik saat disamperin dan diinterogasi oleh mereka.
Pengalaman diberhentikan oleh polisi saat naik polisi di Jepang jadi pengalaman tak terlupakan dalam hidup gue. Bikin degdegan sebenarnya, tapi gue belajar 1 hal:
Polisi Jepang jika merasa orang yang diinterogasinya aman, ya bakalan aman. Mereka enggak bakal cari celah buat mencari kesempatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Tapi kalau polisi Konoha, ada kemungkinan bakal nyari-nyari celah kesalahan demi keuntungan pribadi sekalipun orang yang diinterogasinya sebenarnya enggak melakukan pelanggaran sama sekali.
Kenapa Polisi Jepang Memberhentikan Orang yang Naik Sepeda?
Gue merasa penasaran kenapa polisi Jepang memberhentikan orang yang sedang naik sepeda padahal ia sebenarnya tidak melanggar apapun. Dari hasil penelusuran di internet, gue menemukan jawaban bahwa sepeda di Jepang mirip dengan sepeda motor di Indonesia. Saking pentingnya, orang Jepang punya bukti kepemilikan tentang sepeda.
Di sana sering terjadi pencurian sepeda. Jadi kalau kita diberhentikan saat naik sepeda oleh polisi Jepang, bukan berarti kita sudah pasti melakukan suatu pelanggaran. Tapi mereka suka random checking aja. Mereka ingin memastikan bahwa bener gak sih sepeda yang dikendarai oleh orang tersebut adalah sepeda miliknya dan bukan curian. Gabutnya mereka adalah berhentiin orang yang naik sepeda padahal enggak melakukan suatu pelanggaran.
Kalau berdasarkan tayangan di kanal youtube That Japanese Man Yuta dengan judul video "Do Japanese Police Stop Foreigners?" yang dipublikasikan pada 2016 lalu, polisi Jepang memang hobi memberhentikan orang secara random padahal mereka enggak melakukan pelanggaran sama sekali. Ini enggak hanya berlaku bagi seseorang saat naik sepeda, tapi juga berlaku bagi orang yang sedang berdiam diri di area publik.
That Japanese Man Yuta, salah satu youtuber yang membahas tentang kenapa polisi Jepang memberhentikan pesepeda (dok. screenshoot That Japanese Man Yuta) |
Menariknya, ternyata enggak hanya orang asing saja yang suka diberhentikan oleh polisi Jepang. Yuta si youtuber yang asli orang Jepang juga pernah diberhentikan oleh polisi selama 3 kali dalam 10 tahun terakhir padahal ia juga enggak melakukan pelanggaran sama sekali.
Berdasarkan komentar netizen di videonya Yuta, dapat ditarik kesimpulan juga bahwa polisi Jepang emang hobi nyamperin dan bahkan interogasi orang secara random di area publik, terutama pada orang asing atau orang yang secara penampilannya enggak terlihat seperti orang Jepang.
Kumpulan komentar netizen tentang kasus polisi Jepang yang suka memberhentikan orang secara acak (dok. SS youtube Yuta) |
Memang serandom itu traveling di Jepang. Semoga apa yang gue alami enggak kejadian di teman-teman ya. Tapi seandainya beneran terjadi, kita mesti tenang dan mengatakan apa adanya kepada polisi yang memberhentikan kita.
Wah deg-degan banget, mana sendirian lagi, untung polisinya cepet aja ya langsung meriksa, dan memang hanya random check aja. Kalau aku di posisi itu kayaknya bakal overthinking bgt, duh gue mau diapain yak ini wkwkwkwk.
ReplyDeleteIya ka degdegan banget, mana hari pertama juga di Jepang. Serandom itu naik sepeda terus diberhentiin sama polisi Jepang wkwk.
DeleteKalau di posisi kayak aku, pikirannya udah kemana-mana ya ka. Takut diapain apalagi kita orang asing.
Hahahahah wajar sih sbnrnya yaaa, kalo polisi suka memberhentikan randomly orang2 yg mereka anggap bukan warga negara di sana. I feel you mas, rasanya pasti deh deh an paraaah 😂😂.
ReplyDeleteKrn aku pernah ngerasain, walopun bukan di Jepang ya. Pas di penang, zaman masih kuliah di sana. siang2 mau beli makan. Lah karena deket, males lah bawa pasport. Trus baju juga pake yg kaos biasa hahahaha. Ga nyangka polisi lewat naik motor. Langsung nyetopin aku. Minta pasport, makin curiga dia krn aku bilang di kamar tempat aku homestay. Langsung aku dikawal bener2 suruh balik ke rumah saking dia mau liat pasport. Mungkin dikiranya aku ilegel immigrant krn memang wni banyak yg begitu di Malaysia kan.
Tapi pas udh liat pasport ku, dan visa pelajar yg aku punya, trus lihat kampusku juga swasta, bukan kampus negeri, langsung berubah sikapnya 😄😄. Ga ngeremehin dan kasar lagi.
Tapi pelajaran juga sih, buat bawa selalu deh pasport. Krn kdg random checking ini bisa terjadi ke siapa aja ðŸ¤
Ya ampun, aku juga kalau di posisi ka Fanny bakal panik juga. Mana random banget lagi keluar mau beli makan malah didatengin polisi. Langsung degdegan itu wkwk
DeleteBerarti kalau mereka tahu kalau ka Fanny kuliah di kampus negeri bisa jadi perlakuannya beda ya ka?
Bener ka, sebagai orang asing emang penting banget buat bawa paspor kemana-mana. Soalnya hari apes gak ada yang tahu, jadi lebih baik antisipasi.
Ka Valllll, aku bacanya mau nangis. Takut tapi lucu. Wkkwkwk. Makasih lho berbagi cerita. Seru banget bacanya
ReplyDeletedegdegan banget ka Efa. Takut banget dibawa ke kantor polisi di Jepang wkwk
Deletekalau aku yang diberhentiin juga akan deg-degan parah. Ga merasa melanggar lalu lintas, jalan di tempat yang benar, trus disuruh minggir. Pasti pikiranku sama kayak ka Val, panik.
ReplyDeleteMeskipun kita turis, kalau jalan ke luar negeri, entah mau nyari makan malam atau jajan, paspor selalu aku bawa. kalau ditinggal di hotel pun juga bakalan was-was
Degdegan banget ka. Apalagi aku sendiri dan gak merasa salah apa-apa.
DeleteBener banget ka, paspor wajib dibawa ke mana-mana kalau ke luar negeri. Bikin waswas kalau ditinggal di hotel. Takutnya ada random checking dari polisi.