Zaman semakin canggih. Teknologi
terus berkembang dari waktu ke waktu. Jika dulu orang harus pergi ke kantor pos
untuk berkomunikasi dengan orang via jarak jauh, sekarang hanya melalui ponsel
genggam atau e-mail, seseorang sudah bisa melakukannya. Pun jika dahulu orang harus pergi ke bank untuk mengecek saldo, sekarang
cukup dengan mobile banking,
seseorang juga sudah bisa melakukannya.
Ada banyak perubahan terjadi dari
waktu ke waktu. Tak terkecuali dengan perpustakaan. Kecanggihan teknologi
menggiring masyarakat dari era perpustakaan konvensional ke era perpustakaan
digital. Jika dahulu orang harus mendatangi perpustakaan secara langsung untuk
membaca dan meminjam buku, sekarang hanya tinggal menggunakan komputer atau
gawai yang tersambung jaringan internet, seseorang sudah bisa membaca dan
meminjam buku. Duet antara BPAD DKI Jakarta dan PT Woolu Aksara Maya sejak 13 Oktober
2015 lalu melahirkan inovasi yang luar biasa.
Perpustakaan Digital iJakarta (sumber: ijakarta.id) |
Sadar akan kebutuhan literasi warga ibukota, diciptakanlah perpustakaan digital berbasis aplikasi yang bisa diakses di komputer atau gawai bernama iJakarta. Dengan hadirnya iJakarta, warga Jakarta dapat membaca dan meminjam buku secara gratis. Setidaknya di tengah-tengah kemacetan dan kerasnya ibukota yang menjadi karakter dari Jakarta, kaum urban tetap bisa menghibur dirinya lewat perpustakaan digital. Lebih lanjut tentang ijakarta, silakan baca tulisan saya di sini => Selamat Datang di Dunia iJakarta. Itu adalah tulisan yang telah saya ikutsertakan dalam lomba blog Hanjaba tingkat Jakarta Barat. Di sana Jack akan mengantarkanmu ke dunia perpustakaan digital ijakarta yang penuh dengan imajinasi. Selamat berpetualang!
Berapa
yang Tahu?
Sebagai aplikasi yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah dan diresmikan oleh Gubernur Basuki Tjahya Purnama
setahun lalu sudah barang tentu ijakarta mendapat sorotan dari berbagai media.
Tercatat beberapa media besar telah meliputnya. Sebut saja kompas.com,
antaranews.com, tempo hingga liputan6.com. Beragamnya media yang meliput
seharusnya membuat banyak warga Jakarta yang telah mengetahui bahwa Jakarta
memiliki perpustakaan digital gratis yang bisa diakses oleh warganya. Namun apa benar begitu?
Menurut Tech In Asia, pengguna ijakarta telah mencapai 540.000 orang dari sekitar 10 juta lebih penduduk Jakarta. Penasaran akan hal itu, saya pun
melakukan survey terhadap 70 orang penduduk Jakarta (33 laki-laki dan 37
perempuan) secara acak pada 28-29 Agustus 2016. Sebagian di antaranya adalah orang-orang yang telah saya kenal, sebagian lainnya tidak.
Diagram presentase jumlah jenis kelamin dari hasil survey yang saya lakukan |
70 orang ini tersebar di
seluruh daerah di Jakarta kecuali Kepulauan Seribu. Survey ini saya lakukan
melalui whatssapp dan facebook. Melalui kedua jejaring sosial tersebut saya
menanyakan satu hal yang intinya, “Apakah kamu tahu bahwa Jakarta memiliki
perpustakaan digital?” Jika mereka menjawab tahu maka saya akan menanyakannya
lebih lanjut. Jika mereka menjawab belum atau tidak tahu maka saya akan
memberitahu bahwa Jakarta punya perpustakaan digital bernama ijakarta. Untuk
yang belum tahu respon mereka biasanya kaget karena baru tahu bahwa Jakarta
punya perpustakaan digital sendiri.
What? Jakarta punya perpustakaan digital? (gambar diambil dari cerdaskeuangan.wordpress.com, sumber asli belum diketahui) |
Adapun orang yang saya tanyakan
terdiri dari rentang usia 19-32 tahun yang tinggal di Jakarta dari berbagai latar belakang
seperti mahasiswa, pegawai swasta hingga dosen di sebuah universitas negeri. Pertimbangannya,
orang dengan usia muda lebih update terhadap
perkembangan zaman dan apa yang sedang terjadi ketimbang orang yang telah
berusia lebih senior. Mahasiswa juga menjadi mayoritas karena mahasiswa identik
dengan kegiatan membaca buku. Tugas kuliah dan skripsi tentu membutuhkan
perpustakaan sebagai tempat mencari referensi. Atas dasar itulah, sudah seharusnya mereka mengetahui perpustakaan digital yang Jakarta miliki.
Hasil dari survey yang saya lakukan
cukup mengagetkan. Dari 70 orang yang saya tanyakan, hanya ada 15 (21,43%) orang
saja yang telah mengetahui bahwa Jakarta memiliki perpustakaan digital yang
bernama iJakarta. Sisanya, 55 orang atau 78,57 % orang belum mengetahuinya.
Hasil survey tentang pengetahuan 70 orang terhadap iJakarta |
Dari 15 orang yang tahu akan
iJakarta, baru 4 orang saja yang pernah meminjam buku di sana, 2 orang telah membuka
atau mengunduh namun belum pernah meminjam sedangkan 9 orang hanya sekadar tahu
namun belum pernah mengunduh dan membukanya sama sekali. Itu artinya, iJakarta masih punya PR
besar untuk semakin gencar mempromosikan iJakarta agar semakin dikenal di
kalangan masyarakat Jakarta.
Bukan
Satu-satunya
Meski iJakarta menjadi terobosan
baru di ibukota, ternyata iJakarta bukan satu-satunya perpustakaan digital yang
telah ada di Indonesia. Nama-nama di bawah ini adalah beberapa nama
perpustakaan digital yang telah hadir mewarnai dunia perpustakaan Indonesia.
Perpustakaan
Digital Daerah
Warga Jakarta bukan satu-satunya
warga yang patut berbangga akan kehadiran perpustakaan digital di daerahnya. Beberapa
kota dan daerah lain juga memiliki perpustakaan digital masing-masing yang
bahkan bisa pula diunduh di playstore.
Sebut saja iSukabumi, iJogja, iPekanbaru hingga iKaltim. Ada pula iPusnas yang
merupakan singkatan dari perpustakaan nasional.
Enggak cuman Jakarta aja yang punya, Sukabumi, Pekanbaru hingga Yogyakarta pun juga punya! |
Ada kabar baik dan ada kabar yang kurang baik. Kabar baiknya, adanya berbagai aplikasi perpustakaan digital
daerah turut mewarnai dunia perpustakaan di Indonesia. Itu artinya, kebutuhan
akan literasi di berbagai daerah di Indonesia semakin terpenuhi melalui
kecanggihan teknologi. Semakin banyak orang di berbagai daerah yang dapat akses
lebih mudah dalam membaca buku, semakin baik, bukan? Dengan demikian minat baca
tidak hanya bertumpu di ibukota saja namun juga di berbagai daerah lainnya.
Kabar kurang baiknya, tidak ada
perbedaan terlalu mendasar antara iJakarta dengan aplikasi perpustakaan digital
daerah lainnya. Semua fiturnya sama. Yang berbeda hanyalah warna dan desain
aplikasinya serta kategori ePustaka atau penyedia jasa pinjaman buku. Tentu
tidak akan ada akun Arsip IMB Provinsi DKI Jakarta di iKaltim, begitu pun
sebaliknya. Persamaan antara iJakarta
dan aplikasi berawalan ‘i’ lainnya, termasuk iPusnas, membuat iJakarta sebagai perpustakaan digital ibukota tidak
tampak spesial karena sama dengan aplikasi perpustakaan lain. Ibarat sebuah martabak, semua perpustakaan digital sama-sama hanya pakai meses. Tidak ada yang pakai keju, ketan hitam, susu dan lainnya. Namun hal ini dapat
dimaklumi karena pengembang iJakarta dan perpustakaan digital berawalan ‘I’
yang lain juga merupakan PT Woolu Aksara Maya.
BuquLib
Selain perpustakaan berawal huruf ‘i’
kecil, aplikasi perpustakaan digital lainnya bernama BuquLib. Yang membedakan
dengan iJakarta adalah, BuquLib murni dikembangkan oleh pihak swasta. Buqulib bisa
menjadi alternatif lain dalam membaca dan meminjam buku.
Penasaran akan bagaimana Buqulib,
saya pun mencoba aplikasi ini pada 29 Agustus 2016. Saya ingin tahu bagaimana
perbandingan buqulib dengan ijakarta. Saat itulah saya merasa ada beberapa
perbedaan.
Jika untuk masuk ke iJakarta bisa
melalui facebook atau akun e-mail, buqulib hanya bisa diakses lewat e-mail. Fitur
yang tersedia pun terbatas. Buqulib tidak menyediakan fasilitas donasi buku dan
tidak seperti ijakarta yang juga merupakan kombinasi dengan media sosial.
Dengan begitu, buqulib murni hanya sebatas tempat minjam atau menyewa buku,
tidak ada interaksi antar pengguna buqulib di dalamnya.
Perbedaan lainnya adalah buqulib
merupakan perpustakaan digital berbayar dengan sistem bayar menggunakan token. 1 token bernilai Rp 3.000. Token ini bisa
dibeli di alfamart atau dipotong dari pulsa. Untuk peminjaman satu buku akan
bervariasi. Bisa satu atau lebih dari satu token, tergantung buku yang hendak
kita pinjam dengan waktu peminjaman hanya berkisar 7 hari. Namun untuk kamu
yang baru saja registrasi tidak usah khawatir. 2 buah token akan langsung
tersedia di akun kamu. Sebagai langkah awal, setidaknya kamu bisa meminjam 1
hingga dua buku. Promosi yang baik. Sama seperti ijakarta, setiap buku yang
kita pinjam akan masuk ke fitur rak buku.
Salah satu buku yang dapat dibaca dengan gratis |
Meski berbayar, buqulib juga
menyediakan beberapa buku yang bisa dipinjam dan dibaca secara gratis. Namun
ada harga, ada rupa. Ketersediaan buku yang gratis ini terbatas. Untuk buku
berbayar pun juga judul bukunya masih terbatas. Kekurangan buqulib ini dapat
dimaklumi karena ketiadaannya peran pemerintah daerah di dalamnya. Di titik inilah iJakarta memiliki keunggulan tersendiri.
Sebuah
Tantangan
Masih ingat soal hasil survey di atas?
Hasil survey terhadap 70 orang Jakarta secara acak di atas mungkin belum bisa mewakili keseluruhan warga Jakarta yang berjumlah 10 juta lebih, namun setidaknya dapat diambil kesimpulan. Di balik tahu atau tidak tahu warga tentang iJakarta, pernah atau belum pernah meminjam buku di iJakarta terdapat suatu prestasi namun juga PR besar untuk iJakarta dalam berkarya ke depannya.
Hasil survey dengan Fauzier Rahman |
Orang yang tahu iJakarta namun belum pernah mengunduh atau membuka ijakarta memiliki
berbagai alasan. Fauzier Rahman, pemuda 25 tahun yang berdomisili di Jakarta
Pusat menuturkan bahwa ia mengetahui ijakarta dari review di internet. Namun
begitu ditanya kenapa belum unduh dan menggunakannya ia menjawab, “Belum merasa
butuh, Val. Karena lebih terbiasa ama perpustakaan yang pada umumnya.” Hampir
mirip dengan Fauzier, Yaumil Phasa, pemuda 22 tahun yang berdomisili di Jakarta
Utara ini juga mengaku belum tertarik untuk menggunakan ijakarta. Ia mengaku
bahwa ia kurang suka baca buku di gawai terlebih adanya keterbatasan daya
baterai. Adapun Tyas Gusti Harta, seperti yang ia jawab di status facebook
saya menjawab bahwa ia belum tertarik untuk mengunduh karena
kapasitas memori yang agak besar.
Sama halnya dengan mereka yang
belum pernah meminjam buku terlebih mengunduh, orang yang pernah meminjam buku
di ijakarta juga memiliki tanggapan yang berbeda. Zainal Irfan, mahasiswa jurusan
Bahasa dan Sastra Inggris UIN Syarif Hidayatullah yang berKTPkan Jakarta
Selatan menjelaskan bahwa ia pernah meminjam 2 buku. Meski beranggapan bahwa
iJakarta itu merupakan suatu terobosan dunia baca, ia mengaku bahwa masih
terdapat kekurangan di dalamnya. Menurutnya, stok pinjaman buku di iJakarta
masih terbatas dan belum semua buku terdigitalisasi. Juga sering ngelag
dan kurang promosi untuk pelajar dan masyarakat umum.
Tak jauh berbeda dengan Irfan,
Dian Maria Ulfa, dosen jurusan farmasi UI ini juga pernah meminjam buku di
iJakarta. Bahkan anaknya, Syafiq yang masih duduk di kelas 2 SD juga suka meminjam
buku di ijakarta. Namun sayang, Dian mengeluhkan beberapa kekurangan di
ijakarta. Seperti yang ditanyakan oleh Linda Erlina, kawan baik saya kepadanya
melalui whatssapp, Dian menuturkan bahwa iJakarta memiliki kelebihan dan
kekurangannya sendiri. “Kekurangannya bukunya ya belum terlalu banyak. Kadang
suka antre pinjamnya kalau bukunya bagus. Kelebihannya, kita enggak perlu ke
perpustakaan (konvensional) untuk minjam buku. Ada sosial media gitu jadi kita
bisa lihat pinjaman orang-orang.” Tuturnya di whatssap.
Apa yang dialami oleh Irfan, Phasa, Tyas, Fauzier dan Dian merupakan suatu gambaran tentang bagaimana masyarakat menilai iJakarta. Terlepas dari berapa banyak orang yang telah tahu iJakarta dan berapa banyak yang telah menggunakannya, iJakarta merupakan suatu kebanggan bagi warga Jakarta. Tidak semua kota di Indonesia memiliki perpustakaan digital sendiri. Namun di sisi lain, berkaca dari berbagai keluhan yang disampaikan juga merupakan tantangan besar. Harapannya, iJakarta terus memperbaiki diri menjadi perpustakaan digital yang lebih baik dan makin dicintai warganya.*
Artikel
Ini Ditulis Untuk Mengikuti Lomba Konten Blog Dalam Rangka Hanjaba
(Hari Anak Jakarta Membaca) 2016 yang diselenggarakan Oleh BADAN
PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH #BloggerHanjaba
Wahhh...sebuah tulisan yang dikemas dengan baik, sistematis dan tentunya disertai dengan fakta terbaru dari berbagai sumber serta adanya hasil survey yang memberikan gambaran bagaimana penyebaran dan pemakaian aplikasi ini di masyarakat terutama Jakarta. Saya sendiri berdomisili dan ber-KTP Bekasi, saya sudah mengunduh aplikasi IJakarta ini dan menikmati meminjam buku "digital" yang membuat saya ketagihan. Aplikasi ini seperti yang telah dijelaskan pada tulisan Noval, sangat bervariasi dan saya memperoleh kemudahan untuk memahami fitur-fitur yang ada, namun sayangnya untuk mode pencarian koleksi buku, user dan epustaka terkadang masih sulit diakses.
ReplyDeleteTerima kasih kepada Noval yang telah mengenalkan aplikasi iJakarta pada saya, sangat bermanfaat sekali. Semoga pihak pengembang aplikasi dapat memperbaiki kembali kualitas sehingga jumlah pengguna semakin banyak dan menjadi semakin tren di masyarakat.
Terima kasih sudah berkunjung kak Linda.
DeleteWoah, turut senang jika iJakarta bisa membantu warga Bekasi juga. Setuju kak. Semoga iJakarta bisa lebih baik lagi ya ke depannya. Semoga Bekasi nanti juga punya iBekasi hihi xD
Grande! Ulasan yang renyah. Semoga lebih banyak yang memanfaatkan app bagus ini. Btw, namaku kalau udah disebut "Fauzier" gak perlu pakai "Rahman" lagi, Kak, ahaha... Numpang share ya.
ReplyDeleteSiaaap!! Hatur nuhun
DeleteBagus val tulisannya. Informatif banget!
ReplyDeleteTerima kasih ka biben sudah berkunjung :)
DeleteCatatan yang menarik
ReplyDeleteTerima kasih bunda Icha sudah berkunjung :)
DeleteCatatan yang menarik
ReplyDeleteTerimakasih, Noval. Banyak informasi berharga dalam artikel ini.
ReplyDeleteMakasih ka sudah berkunjung :) Semoga bermanfaat ya
Delete