Plant Love, Plant Life

Ember biasanya digunakan untuk menyimpan air. Nah, kalau ember yang membantu penghijauan bumi sekalipun di tempat kering, kira-kira ada enggak ya? Hayo tebak!

Kedengarannya mustahil, ya? Namun faktanya ada loh ember seperti itu. Embernya made in netherlands. Dari luar, kelihatannya sih ember biasa, namun sebenarnya embernya ajaib karena mendukung go green.


Diciptakan oleh Pieter Hoff, seorang pensiunan eksportir bunga lili dan tulip Belanda, Groasis Waterboxx –nama si ember- boleh jadi pionir green bucket atau green bucket generasi pertama di dunia. Meski warna ember tersebut hijau, maksud pionir green bucket di sini bukan berarti pelopor ember berwarna hijau ya, melainkan pelopor ember yang berkontribusi dalam penghijauan bumi. Terdengar tidak masuk akal? Ya. Namun inovasi apa sih yang tidak bisa diciptakan oleh orang Belanda? Penebangan pepohonan selama lebih dari 2000 tahun yang kini ukurannya sebesar Kanada menjadi salah satu penyebab mengapa Pieter menciptakan benda ini.
Pieter Hoff, sang inovator ember ajaib (dok. guardian.com)
Rupa tumbuhan yang ditanami waterboxx (dok. poptech.org)
Waterboxx memiliki karakteristik tersendiri dibanding ember pada umumnya. Terbuat dari bahan polypropene, diameter ember ini mencapai 50 cm (20 inci) sementara tingginya mencapai 25 cm (10 inci). Terdapat pula sebuah penutup (cover) dengan 2 lubang.

Melalui inovasinya, Pieter berharap dapat membantu dalam menjawab 7 tantangan yang dihadapi umat manusia saat ini dengan istilah yang disebut sebagai ‘treesolution’ atau solusi pohon. Mereka adalah erosi, kemiskinan, krisis makanan, perubahan iklim, pengangguran, migrasi rural-urban hingga rendahnya tingkat air tanah.

Kenapa treesolution? Jawabannya karena pohon merupakan kunci utama dari ketujuh tantangan itu. Mulai dari mengatasi dampak buruk erosi, memproduksi sekitar 5 hingga 10 ton makanan per hektar, menciptakan  lapangan pekerjaan per hektar, merevitalisasi daerah pedesaan, mengurangi migrasi hingga menstimulasi turunnya air hujan, semuanya bisa dilakukan oleh pohon. Itu artinya, semakin banyak pohon yang ditanam, maka akan semakin cepat dan semakin mudah pula ketujuh tantangan itu dapat terselesaikan.

Faktanya, saat ini bumi sedang mengalami krisis hijau. Planet ini mengalami banyak deforestasi hutan yang sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia. Forest Watch Indonesia (FWI) menyatakan bahwa dalam kurun 2009-2013 Indonesia telah kehilangan hutan seluas tiga lapangan bola per menitnya, setara dengan 4,6 juta hektar. Sementara di dunia diperkirakan sekitar 7,3 juta hektar hutan, seukuran negara Panama telah mengalami deforestasi. Sedih, ya?
Ilustrasi dari deforestasi. Sedih, ya? (dok. pinterest.com)
Hadirnya waterboxx menjadi pelepas dahaga karena ia dapat membantu memperbanyak laju populasi pohon di dunia. Prinsip kerja inovasi ini terinspirasi oleh tumbuhan yang ditanam melalui bantuan binatang.

Jadi ketika seekor binatang (misalnya burung) memakan bibit tumbuhan, bibit itu akan masuk ke dalam organ pencernaan dan diproses di dalamnya. Di saat si burung mengeluarkan kotorannya ke tanah, di saat itulah bibit yang dimakan juga ikut keluar.

Nah, kotoran yang menempel pada tanah itulah yang kemudian menciptakan saluran kapilaritas utuh yang menguntungkan bagi bibit. Kapilaritas merupakan peristiwa naik atau turunnya zat cair akibat gaya adhesi atau kohesi (www.kbbi.web.id). Bahasa sederhananya, tanaman menggunakan aksi kapiler untuk membawa air yang diserap oleh akar untuk sampai ke batang dan seluruh bagian tanaman.

Selain itu, kotoran juga membantu mencegah terjadinya evaporasi atau penguapan air sehingga tanah menjadi lembab. Adanya aksi kapiler dan lembabnya tanah membuat tanaman bisa tumbuh dan berkembang dengan lebih baik. Waterboxx memegang prinsip yang sama seperti apa yang dilakukan oleh kotoran hewan terhadap bibit tanaman.

Untuk menggunakan inovasi ini, caranya mudah. Cukup dengan menanam bibit atau tanaman melalui sebuah tabung terbuka yang ada di tengah-tengah waterboxx dan mengisinya dengan 3 liter air (1 galon), kita sudah memanfaatkannya. Kemudian tunggu beberapa saat dan kini biarkan ia yang bekerja.

Waterboxx bekerja dengan menggunakan bantuan alam dan air. Saat siang tiba, air yang ada di dalam waterboxx memastikan suhu yang ada di tabung menjadi lebih dingin daripada di luar. Sementara ketika malam tiba, justru kebalikannya, suhu pada tabung lebih hangat ketimbang suhu di luar. Pengaturan suhu adalah poin utama dari kinerja alat ini.

Asiknya nih guys, air yang ada di dalam waterboxx akan diisi ulang secara otomatis melalui air hujan atau air hasil kondensasi sehingga kita tidak perlu repot lagi menyiramkannya. Air tersebut masuk ke dalam waterboxx melalui dua pipa kecil di masing-masing sisi tabung terbuka yang disalurkan oleh penutup (cover). 

Yang menarik, waterboxx memiliki sumbu kecil di bagian bawah yang akan meneteskan sekitar 50 cm3 air (50 ml) setiap harinya. Meski jumlahnya sedikit, jangan sepelekan efeknya ya. Soalnya 50 ml air yang diteteskan setiap harinya akan menciptakan kolom kapiler di tanah hingga mencapai 2 meter di bawah permukaan tanah.

Memang sih jumlahnya sedikit dan tidak cukup bagi tanaman untuk tumbuh. Namun justru keadaan itulah yang membuat si tanaman berkembang dan tumbuh dengan baik. Di saat itulah periode pertumbuhan yang kuat dimulai. Itu artinya, tanaman sudah bisa tumbuh tanpa bantuan waterboxx.

Pembuktian inovasi ini telah dilakukan di berbagai belahan dunia, seperti Ekuador, Spanyol, hingga gurun Sahara. Untuk di Gurun Sahara hasilnya cukup mengejutkan. Ternyata 90% tumbuhan yang ditanam tanpa menggunakan waterboxx mati sedangkan tumbuhan yang ditanam menggunakan waterboxx justru dapat tumbuh dengan baik.
Hasil kinerja waterboxx pada pohon Tamarix di Gurun Sahara. Hebat ya? (dok. groasis.com)
Sebelum dan sesudah pohon anggur menggunakan waterboxx di Ekuador. (groasis.com)
Enaknya, waterboxx bukan barang sekali pakai sehingga jika kita telah menggunakannya sekali, kita bisa menggunakannya kembali pada 10-20 bibit atau tanaman lainnya. Bisa dibayangin kan ada berapa pohon yang bisa tumbuh dengan 10 waterboxx?

Keberhasilan inovasi ini mengantarkan Pieter mendapatkan berbagai prestasi membanggakan. Dua di antaranya adalah penghargaan dari majalah Popular Science sebagai the best invention of 2010 (mengalahkan Apple iPad dan Porsche 918 Spyder hybrid supercar) dan juara Accenture Green Tulip Award 2014.

Memang, perjalanan Pieter untuk terus menghijaukan planet ini masih panjang. Bumi kehilangan 46-58 ribu mil persegi hutan setiap tahunnya padahal 1,6 milyar orang di dunia menggantungkan hidup padanya. Kendati  demikian, ia yakin bahwa 50 tahun dari sekarang, dunia mengalami penghijauan kembali. Ia juga berharap ‘ember ajaibnya’ itu bisa memegang peranan besar dalam perubahan dunia.

Terlepas itu semua, inovasi bukan semata soal penemuan baru, melainkan soal pesan. Melalui waterboxx, Pieter seolah memberikan pesan kepada dunia bahwa inti dari penghijauan bumi adalah bukan soal penanaman pohon, melainkan penanaman cinta. Ketika kita menanam (pohon) (dengan) cinta, kita menanam kehidupan masa depan. Plant love, plant life.(*)

***Tulisan ini merupakan salah satu dari 40 besar/finalis Holland Writing Competition 2015 dan juga bisa dibaca di sini --> hwc2015.nvo.or.id/739-plant-love-plant-life/

Referensi:
http://www.groasis.com
http://www.theguardian.com/technology/2010/nov/28/bright-idea-pieter-hoff-agriculture
http://www.forbes.com/sites/poptech/2011/06/20/poptech-interview-on-a-mission-with-pieter-hoff-and-his-groasis-waterboxx/
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/11/131115_iptek_petahutan
http://www.livescience.com/27692-deforestation.html
http://sains.kompas.com/read/2014/12/11/20455171/Tiap.Menit.Indonesia.Kehilangan.Hutan.Seluas.Tiga.Kali.Lapangan.Bola
http://www.worldwildlife.org/threats/deforestation

Video yang diupload oleh akun Groasis Waterboxx: https://www.youtube.com/watch?v=HRF2bUBPA90

Comments