Terima Kasih, Buruh

Terima kasih untuk buruh-buruh yang demo dan menuntut minta kenaikan gaji 3,7 juta.

Kini saya belajar banyak hal. Bahwa...

1. Cukup dan tidak cukup itu relatif, tergantung bagaimana kita mengatur keuangan dan mensyukurinya.

Heloooo, gimana dengan kabar pemulung yang hidup serba kekurangan tapi mampu membelikan kurban untuk Idul Adha? Atau kisah tentang loper koran yang miskin tapi berhasil naik haji?

2. Pantas atau tidak pantas itu masyarakat/orang lain yang menentukan, bukan diri sendiri.

Heloooo, gimana dengan kabar guru-guru di pedalaman yang gajinya tidak lebih besar dari apa yang dituntut oleh para buruh? Kalau ditanya kepantasan, siapa yang lebih pantas dapat penghasilan lebih besar?

3. Mental itu tidak mengenal status ekonomi seseorang.

Tidak selamanya orang kaya bermental kaya. Tidak selamanya pula orang miskin bermental miskin. Ada orang kaya bermental miskin. Ada pula orang miskin bermental kaya. Ciri-ciri yang bermental miskin; selalu ada alasan untuk tidak berbagi dan kerjaannya meminta dan menuntut mulu. Lebih mulia mana di sisi Tuhan; orang miskin yang suka memberi atau orang miskin yang kerjaannya hanya menuntut?

4. Ketika berjalan, adakalanya kita harus melihat ke bawah (tanah). Soalnya kalau melihat ke atas langit, kita bisa tersandung.

Mungkin kita sedang dalam masalah. Keadaan ekonomi sedang sulit-sulitnya. Tapi bukankah di luar sana ada orang-orang yang lebih susah dari kita? Syukur-syukur kalau hanya harta yang kekurangan. Bagaimana kalau kesehatan diri, keimanan dan bahkan jiwa yang kurang atau 'cacat'?

Kiranya itulah pelajaran dan nilai-nilai positif yang bisa saya pelajari dari Anda. Sekali lagi, terima kasih buruh-buruh yang demo. Saya belajar banyak hal dari Anda. :))))))

Comments