'Abis' Lulus Mau Ngapain?


'Abis’ Lulus Mau Ngapain?
oleh : Noval Kurniadi


Gedebak! Gedebuk! Gedebak! Gedebuk!

UN sudah ada di depan mata. Kehadirannya pun hanya tinggal menghitung bulan. Anak-anak kelas 3 dari berbagai SMA sederajat di Indonesia sudah mulai sibuk dengan berbagai pelajaran yang diUNkan. Ada yang belajar tiap malam, ada yang ikut bimbel bahkan ada juga yang sudah mulai meringkas materi-materi yang diUNkan. Bagi yang persiapannya sudah matang sudah bisa sedikit santai. Tapi bagi yang masih kurang harus lari super cepat guna mengejar ketertinggalan materi-materi pelajaran.

Terlepas dari apakah persiapannya sudah matang atau belum, mungkin kamu adalah salah satunya. Satu dari sekian ribu pelajar yang harus memacu adrenalinmu manakala UN sudah tinggal dalam hitungan detik. Sama seperti mereka, harapanmu pun juga sama ; Lulus dengan hasil terbaik dan memuaskan. Tentu enggak mau dong kamu jadi siswa abadi yang setia menuntut ilmu terhadap sekolah tempat kamu menimba ilmu? Maka LULUS adalah “HARGA MATI” bagi semua pelajar kelas 3. Belajar dengan giat, tekun dan minta doa kepada Tuhan, orangtua dan orang sekitar adalah salah satu caranya.

LULUS SUDAH. LALU?

Oke. Persiapan untuk kelulusan sudah. Sekarang kamu sudah lulus dengan hasil terbaik dan memuaskan. Dan yang paling penting adalah MURNI! Wew! Orangtuamu pun bangga terhadap hasil kerja kerasmu. Lalu?
Kamu harus memikirkan kamu mau menciptakan alur hidupmu seperti apa!
Masa-masa pasca kelulusan adalah masa-masa yang menyulitkan dan galau tapi bisa diatasi. Menyulitkan, sebab apa yang hendak kita lakukan pasca lulus tidak serta merta memikirkan masalah sehari dua hari semata tetapi ini adalah soal masa depan. Kiranya apa yang kita cetak dalam sejarah ‘kita’ itulah yang akan kita jalani. Dan yang paling terpenting masa depan itu abu-abu! Maka kamu sendirilah yang harus menentukan kamu mau mewarnai dengan warna apa!

KULIAH, CARI UANG (KERJA) atau justru MENIKAH?

Jika pada masa sekolah kita lebih sering dicekoki oleh orang dewasa untuk ‘ini-itu’,namun pada pasca kelulusan kita sendirilah yang dituntut untuk menentukan pilihan sendiri. Kita akan berbaur dalam masyarakat dan tuntutan hidup pun menjadi lebih besar. Hidup itu penuh pilihan. Bahkan meniadakan pilihan itu sendiri pun adalah merupakan suatu pilihan. Kurang lebihnya seperti ini, “Habis lulus mau ngapain?” Pada masa-masa ini kita pun memiliki tanggapan yang beragam dengan maksud dan tujuan yang beragam pula. Sebagian ada yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi sebagiannya lagi ada pula tidak.

Sebenarnya kalau ditanya apakah mau kuliah atau tidak saya rasa sebagian besar pelajar pasti akan mengatakan “YA”. Hanya saja terkadang masalah-masalah klasik seakan membiarkan mereka untuk memilih opsi yang lain selain kuliah ; CARI UANG atau justru MENIKAH?

CARI UANG (KERJA)

Hidup itu singkat. Bahkan saking singkatnya terlalu sia-sia rasanya jika hidup kita lewati begitu saja tanpa adanya hal luar biasa yang bisa kita lakukan. Kita bukanlah binatang yang kerjaannya hanya makan, tidur buang air. Makan, tidur, buang air. Dan begitu pula seterusnya. Buang-buang umur! Ada banyak hal LUAR BIASA yang bisa kita lakukan lebih dari sekadar itu! Namun sayang meski kita menyadari hakikat kata “KITA” yang sebenarnya, tak jarang kita malah betah dengan alur KLISE yang kita buat sendiri.

Sebagian besar orang mungkin terjebak pada persepsi ujung-ujungnya ‘duit’. Habis lulus => kerja. Kerja = cari duit. Habis lulus => Kuliah. Setelah kuliah => Kerja. Kerja => Cari duit. Ujung-ujungnya duit.

Sebagian yang memilih KERJA sebagai jalur setelah lulus SMA beranggapan bahwa untuk apa KULIAH. KULIAH itu buang-buang uang! Habis kuliah kan kerja. Nah uang hasil kerja itu secara enggak langsung menutup modal dari pengeluaran semasa kuliah. Jadi daripada nyusahin orangtua untuk biaya kuliah dan nanti ujung-ujungnya uang hasil kerja selama bertahun-tahun dapat mengembalikan modal yang dikeluarkan oleh orangtua, untuk apa kuliah? Langsung saja kerja!

Persepsi semacam ini tidak patut kita salahkan. Toh setiap orang punya hak untuk menentukan pilihan hidupnya masing-masing, bukan?

Kendati kuliah tidak menjamin kesuksesan, hanya saja saya miris. Nyatanya sebagian tidak memiliki keinginan besar untuk tetap melanjutkan pendidikan sekalipun pilihan yang diambil adalah bekerja. Seorang teman yang satu angkatan dan satu pekerjaan dengan saya menjawab seperti ini, “Gue belum kepikiran buat kuliah. Gue mau kerja selama 4 tahun dulu. Habis gitu baru kuliah.”

Kuliah seakan menjadi hal yang tidak terlalu penting untuk dipikirkan. Tapi itu masih mending. Setidaknya teman saya tersebut kepikiran untuk ‘kuliah’. Teman saya yang lain (angkatan 2009) malah menjawab seperti ini,

“Gue mah enggak kepikiran kuliah sama sekali. Gue kerja aja kayaknya!”

Lebih miris lagi sampai-sampai seseorang pernah berkata kepada saya, “Kamu kerja saja. Ngapain kuliah buang-buang duit doang.”

KULIAH

Sementara di saat sebagian dari kita memilih jalur KERJA, sebagian lagi memilih jalur KULIAH. Tujuan dan maksud kenapa mereka memilih kuliah pun berbeda-beda. Menurut saya sih sah-sah saja. Hanya saja patut disayangkan kalau orang yang memilih KULIAH itu beranggapan bahwa KULIAH bisa menjamin kesuksesan. Terlebih lagi kalau mereka kuliah bertujuan untuk beKERJA.

Meski menjadi seorang mahasiswa adalah suatu kebanggaan tersendiri manakala tidak semua orang pernah mencicipi bangku universitas, nyatanya kuliah tidak bisa menjamin kesuksesan. KULIAH hanya salah satu sarananya, tapi tidak mutlak dapat memberikan kesuksesan. Kalau dengan kuliah sudah pasti sukses yang jadi pertanyaannya adalah mengapa tidak sedikit ‘mantan’ mahasiswa yang menganggur? Kalau gitu enggak adil dong dengan orang-orang yang tidak pernah mencicipi bangku kuliah. Toh mereka tidak punya peluang untuk sukses. Andrie Wongso yang SD saja tidak tamat bisa sukses sebagai entrepreneur dan pengusaha, lantas mengapa lulusan universitas terkemuka tidak bisa?
Kalau mau kuliah, kuliahlah untuk mencapai apa yang kita inginkan. Sebab SUKSES itu… RELATIF!

MENIKAH

Beda kerja dan kuliah, beda lagi dengan menikah. Meski sudah jarang yang memilih MENIKAH setelah lulus SMA, nyatanya ada saja lulusan SMA yang memilih jalur ini. Dan biasanya adalah perempuan.

Amatlah miris. Stigma bahwa ‘perempuan ujung-ujungnya di dapur’ masih melekat dalam sebagian masyarakat kita. Kalau misalnya perempuan itu kuliah, nanti setelah menikah ujung-ujungnya di dapur. Kalau misalnya si perempuan itu kerja nanti juga ujung-ujungnya di dapur. Jadi ngapain kuliah atau kerja segala kalau ujung-ujungnya di dapur? Bukankah suami yang bertugas mencari nafkah dan bukan si perempuan selaku calon istri?

Tidak ada pengkhususan bagi laki-laki untuk KULIAH atau KERJA. Laki-laki memang nantinya berperan sebagai pencari nafkah. Tapi bukan berarti perempuan dibatasi untuk mengeluarkan kreativitas dan mengasah kemampuannya dengan bekerja atau kuliah.  Bayangkan kalau kita terjebak dengan persepsi semacam itu kiranya seperti inilah alurnya.

Lahir => Bayi => TK => SD => SMP => SMA => (Kuliah => Kerja) => Menikah => Punya anak => Punya cucu => Meninggal

Begitukah persepsi kita?

TENTUKAN PILIHANMU SENDIRI!

Waktu tak pernah berhenti berputar. Saat ini kamu sedang menikmati masa-masa persiapan UN maka nanti kamu akan menikmati masa-masa mengambil keputusan. Kira-kira apa yang harus kamu pilih sebagal alur hidupmu setelah lulus nanti kamulah sendiri yang harus menjawabnya.

Keadaan terbaik bagi setiap orang berbeda-beda. Jika kamu memilih bekerja terlebih dahulu ketimbang kuliah itu bukan berarti keputusanmu buruk. Tergantung apa tujuan dari pilihanmu itu. Sebaliknya ketikakamu memilih kuliah sebagai jalur hidup berikutnya itu juga bukan berarti BAIK. Kembali lagi, tergantung dari apa tujuan kamu kuliah.

KULIAH, CARI UANG atau MENIKAH?

Selamat memilih! :D

Comments