The Ocean Cleanup: From Holland to the World Ocean



The Ocean Cleanup: From Holland to the World Ocean
Oleh : Noval Kurniadi

Pernah membuang sampah plastik sembarangan?

Hayooo ngakuu!

Membuang sampah sembarangan kelihatannya sepele, tapi tahu enggak sih kalau itu sumber utama dari berbagai masalah? Butuh bukti? Yuk lihat foto di bawah ini.

Sampah yang tertimbun dalam perut seekor penyu
(gambar: www.woundednature.org)

Sampah di dalam perut burung albatross yang sudah mati
(gambar: diambil dari www.bbc.uk.com, karya J.A. Van Franeker)
Mengerikan, ya?
Oh ya, itu bukan hoax lho. Itu adalah fakta yang terjadi jika kita membuang sampah sembarangan. Binatang memakan sampah-sampah plastik. Sampah-sampah itu tidak terbuang melalui kotorannya melainkan tertimbun di dalam perutnya hingga ia mati.

Hal itu terjadi karena ulah sebagian manusia yang tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan. Sampah plastik seperti tutup botol plastik kelihatannya sepele. Namun rupanya yang menarik ternyata bisa mencabut nyawa binatang seperti burung, penyu dan ikan. Mereka memakannya karena beranggapan plastik adalah umpan lezat.

Faktanya, plastik tidak bisa dicerna di organ pencernaan karena menyumbat saluran usus. Menumpuknya sampah plastik di perut mereka membuat  perlahan-lahan mereka mati secara mengenaskan.

Selain itu sampah plastik juga bisa menyebabkan kematian pada binatang karena menjerat tubuh mereka. Banyak nelayan yang membuang jaring plastik ke laut. Binatang laut yang tidak hati-hati berenang bisa terjerat jaring plastik. Alhasil, mereka kesulitan bernapas dan jika tidak segera diselamatkan mereka akan mati. Menyedihkan!
Seekor penyu terjerat sampah plastik
(gambar: NOAA, National Oceanic & Atmospheric Administration)

Sampah plastik juga dapat mencemari rantai makanan
(gambar: www.theoceancleanup.com)
Tidak hanya di darat, sampah plastik juga menjadi masalah di laut. Menurut UN Environment Programme, ada sekitar 13.000 plastik di laut per Km-nya dan mencapai jutaan di gyre. Faktanya, produksi global pastik menghasilkan sekitar 288 juta ton per tahun, dimana 10% di antaranya akan berakhir di laut. Nah, 80% sampah tersebut berasal dari darat yang bermula dari selokan, sungai lalu berakhir di laut. Kemudian plastik-plastik ini terbawa oleh arus laut yang berkumpul di lima sistem air bergulir dengan konsentrasi tinggi yang disebut gyre. Pacific Garbage Patch yang terletak antara Hawaii dan California adalah gyre yang paling terkenal.
5 arus laut yang bergulir disebut gyre
(gambar: www.theoceancleanup.com)


Boyan Slat dan sampah-sampah yang berhasil dikumpulkannya melalui The Ocean Cleanup
(gambar: www.boyanslat.com)
Ini menandakan bahwa kita dituntut untuk berinovasi. Jika tidak, kebersihan laut adalah keniscayaan dan kita sendiri pula yang akan merasakan dampak buruknya. Kita tidak ingin hal ini terjadi terus kan?
Untungnya, dunia punya Belanda. Banyak inovator yang berkontribusi besar untuk dunia dalam penanganan air berasal dari sana. Jangankan masalah banjir, masalah mengatasi polusi plastik di laut, negeri itu juga jagonya. Seorang pemuda Belanda bernama Boyan Slat berhasil menciptakan sebuah inovasi pembersihan laut secara pasif bernama The Ocean Cleanup. Prinsipnya, Why move through the oceans, if the oceans can move through you?  Kini membersihkan laut dari polusi plastik bisa dilakukan oleh laut itu sendiri! Yeay!

Hal ini tidak terlepas dari pengalaman inovatornya sendiri saat menyelam di Yunani pada 16 tahun. Biasanya orang akan senang dan puas setelah menyelam, namun Slat justru frustasi. Nyatanya, ia lebih sering berjumpa dengan kawanan sampah ketimbang kawanan ikan. Ia pun bertanya-tanya, “Mana ikannya nih? Kok banyakan sampahnya sih ketimbang ikannya?”
‘Gregetan’ akan apa yang terjadi, mahasiswa Delft University itu lantas berpikir untuk menciptakan sebuah perangkat dengan 3 prinsip: 1) Melibatkan arus laut, 2) Plastik dapat berkonsentrasi sendiri, dan 3) Waktu pembersihan sampah menjadi lebih cepat. Nah, sejak itulah ia serius merealisasikan ide The Ocean Cleanup.
Tak disangka, presentasinya di hadapan para penonton Tedx Delft tentang The Ocean Cleanup pada 2012 mendapatkan ‘input’ yang positif dari banyak orang, baik dari segi materi maupun nonmateri. Yang mengejutkan, pemuda kelahiran 27 Juli 1994 itu sampai memutuskan untuk keluar dari kuliahnya di jurusan Aerospace Engineering setahun kemudian agar lebih fokus!

Ia bahkan memimpin tim internasional yang terdiri dari 100 ilmuwan dan insinyur pada Juni 2014. Mereka pun sukses mendapatkan uang sekitar $ 2,2 juta yang diperoleh dari lebih 380.000 donatur dari 160 negara di dunia untuk pengembangan inovasinya lewat kampanye pendanaan. Di usia 16-20 tahun, Slat telah memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk dunia. Hebat, ya?
Hasilnya, The Ocean Cleanup lahir seperti tampak pada di gambar. Perangkat itu memiliki beberapa bagian penting, yakni platform dan penghambat mengapung (floating barriers).
The Ocean Cleanup dengan platform yang dikelilingi oleh penghambat mengapung oranye menyerupai huruf V
(gambar: www.theoceancleanup.com)
Rupa platform yang ditambatkan ke dasar laut (gambar: www.theoceancleanup.com)
Jutaan sampah plastik yang menempel pada penghambat mengapung sepanjang 100 km sebelum disalurkan ke platform
(gambar: www.theoceancleanup.com)

Platform adalah bagian perangkat yang berwarna biru. Ia ditambatkan ke dasar laut. Sementara itu penghambat mengapung adalah bagian perangkat berwarna oranye menyerupai huruf V yang terbentang sepanjang 100 km.  Cara kerja perangkat ini 100% dibantu oleh arus laut dan angin.
Prinsip kerjanya sederhana. Mulanya, sampah akan dihisap dan menempel pada penghambat. Setelah itu sampah akan disalurkan ke platform melalui mini elevator. Nah, sampah-sampah yang terkumpul inilah yang disimpan untuk kemudian dibawa dengan kapal dan didaur ulang saat di darat. Itulah alasannya kenapa inovasi ini disebut pasif. Serahkan saja kepada The Ocean Cleanup, arus laut pun akan membersihkan sampah dengan sendirinya! Kinerja perangkat ini telah dibuktikan di Lautan Atlantik.

Berbeda dengan cara pembersihan polusi plastik dengan cara konvensional seperti menggunakan kapal dan jaring yang bisa merusak lingkungan, perangkat ini justru ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan The Ocean Cleanup dirancang hanya untuk menangkap sampah plastik dengan ketinggian 3 meter dari atas permukaan sehingga kehidupan biota laut akan tetap aman.

Hebatnya, melalui The Ocean Cleanup, Slat mengklaim bahwa lautan dunia mampu dibersihkan dari 20 milyar ton sampah plastik yang tercemar. Bahkan, hanya butuh waktu 5 tahun bagi perangkatnya untuk mengurangi jumlah sampah di lautan.
Kalau punya uang sebanyak ini hasil daur ulang sampah, enaknya buat beli apa aja ya?
(gambar: www.novellcounseling.org)

Everyone loves money.
Tak hanya bersih, sampah-sampah yang terkumpul juga bisa diuangkan. Melalui daur ulang sampah, 500 juta US dollar bisa dikumpulkan per tahunnya. Ini dia bagian favorit semua orang!
Atas keberhasilannya ini, berbagai prestasi membanggakan ia dapatkan. Dua diantaranya adalah one of the 20 Most Promising Yong Entrepreneurs Worldwide oleh Intel EYE50 dan champions of the Earth award dari UNEP.

Slat ketika menerima penghargaan champions of the Earth Award dari UNEP (gambar: bk.tudelft.nl)

Dunia patut berterimakasih kepadanya. Tidak semata karena Slat telah berkontribusi besar bagi warga dunia dan membuktikan bahwa dalam inovasi tiada yang tidak mungkin, namun yang terpenting ada sisi romantisme yang ia sampaikan. Melalui The Ocean Cleanup, ia tidak hanya menyatukan jutaan sampah, melainkan juga menyatukan jutaan kebaikan manusia, baik melalui uang, tenaga, pikiran, waktu maupun doa.
Ke depannya, Slat dan timnya berencana menjalankan Mega Ekspedisi di Great Pacific Garbage Patch. Jutaan sampah yang terkumpul selama 40 tahun menjadi target pembersihan pada Agustus 2015. Dukungan dan doa dari kita semua dibutuhkan agar proyeknya berjalan lancar.

Akhirnya, inilah persembahan dari Belanda oleh Slat Boyan untuk kita semua, The Ocean Cleanup: From Holland to the World Ocean.

***
Referensi:
www.boyanslat.com
www.theoceancleanup.com            
http://www.unep.org/champions/laureates/2014/slat.asp#sthash.AD4mGx8a.dpbs
http://www.bbc.com/news/magazine-29631332
http://en.wikipedia.org/wiki/Boyan_Slat


Comments