Yang Salah Kaprah dalam Essay

Bagi teman-teman yang suka nulis pasti udah enggak asing lagi dengan salah satu jenis tulisan yang bernama essay. Yap! Essay adalah suatu jenis tulisan nonfiksi yang ditulis berdasarkan sudut pandang penulisnya pribadi. Sebab ditulis berdasarkan sudut pandang penulis sendiri, essay cenderung subjektif.

Meskipun dari segi ‘teori’ kita sudah mengenal apa itu essay, sayangnya tidak sedikit dari kita yang suka salah kaprah dalam mempraktekkan essay itu sendiri. Alih-alih menulis essay, eh ternyata malah menulis jenis tulisan yang lain. Wah, wah kalau sudah begini tidak bisa dibiarkan terus menerus! Perlu pengenalan lebih dalam lagi terhadap pengertian dan apa itu essay sebenarnya. Bukankah ada pepatah tak kenal maka tak sayang? Berikut adalah hal-hal salah kaprah versi saya (Kurniadi Alwan) mengenai essay :

1.     Essay menggunakan kerangka.

Meski sama-sama tergolong NONFIKSI, essay dan karya tulis sungguh berbeda. Karya tulis sangat terikat dengan kerangka-kerangka, sedangkan essay tidak. Karya tulis harus berdasarkan penelitian sedangkan essay tidak. Essay lebih luwes sedangkan karya tulis lebih kaku karena terikat dengan aturan.

Dalam menyajikan karya tulis, kita harus berusaha senetral mungkin alias menggunakan berbagai sudut pandang yang ada dan menjabarkan pemecahan masalah seobjektif mungkin. Tetapi dalam menyajikan essay, aturan itu tidak berlaku. Selama sesuai dengan kenyataan yang terjadi, dalam essay kita boleh sekreatif mungkin dalam menuangkan pikiran dan gagasan.

2.     Essay harus mencantumkan daftar pustaka

Essay adalah pemikiran pribadi si penulis terhadap suatu masalah. Kendati demikian, bukan berarti 100% essay yang kita tulis harus dari pikiran pribadi. Kita juga boleh kok menyelipkan kata-kata bijak dari para tokoh, data-data relevan semisal berapa jumlah penduduk Indonesia tahun 1950 atau sumber lainnya. Asalkan dengan catatan, sumber-sumber itu hanya sebagai ‘selipan’ semata, bukan sebagai ‘bahan’ utama dari tulisan kita. Karena essay pada dasarnya pola pemikiran dan gagasan pribadi.

Saya bingung dengan lomba essay bulan bahasa yang dilakukan di sekolah saya 2010 lalu. Waktu itu saya ikut lomba essay. Tapi mengapa disuruh mencantumkan sumber yang tak ubahnya daftar pustaka? Padahal menurut saya dalam essay tidak harus dan bahkan tidak usah mencantumkan daftar pustaka segala. Kalaupun kita mengutip suatu sumber, cukup dengan menulis semisal, “Menurut badan statistik…”, “Menurut badan klimatologi…” tanpa harus menuliskan sumber web resmi darimana informasi itu kita dapat. Informasi itu hanya sebagai referensi terhadap kebenaran fakta yang kita kemukakan. Yang utama kan tetap pemikiran dan gagasan kita.


3.     Essay = 100% fakta dan data-data

Menyambung nomor 2, essay memang tidak HARUS 100% pemikiran pribadi tetapi juga tidak BOLEH 100% fakta dan data-data. Bedakan ya antara kata “TIDAK HARUS” dan kata “TIDAK BOLEH”. Kata "tidak harus" berarti kita boleh memakai pemikiran pribadi sepenuhnya tetapi kita juga tidak dilarang untuk menyelipkan beberapa referensi. Sedangkan kata "tidak boleh" berarti kita dilarang untuk menyalin semua data dan fakta yang ada.

Saya punya pengalaman saat menyortir naskah-naskah yang masuk dalam lomba menulis remaja 2011 yang diadakan oleh YKAI-UNICEF-KPPPA. Ternyata masih ada yang belum paham tentang apa itu essay. Terbukti dari puluhan naskah yang saya sortir, beberapa di antaranya tidak sesuai dengan ketentuan essay. Isinya copy paste semua!

Amat disayangkan essay yang seharusnya dijadikan sebagai ajang menuangkan kreativitas justru malah disalahartikan dengan menyalin semua data yang tersaji di internet lalu disebutkan sumber-sumbernya. Hei! Itu bukan essay bung! Salah!

Mungkin orang yang copas beranggapan bahwa essay yang baik adalah essay yang banyak sumbernya dan didapat dari berbagai fakta dan data yang ada. Kenyataannya? Salah besar! Essay yang bagus bukan dari berapa banyak sumber yang didapat. Tetapi dari seberapa kreatif dan seberapa bisa si penulis menuangkan gagasannya.

Jika ada penulis yang kerjaannya copy paste tanpa menuangkan gagasan dan pikirannya sama sekali ke dalam essay, saya mengartikan orang tersebut adalah orang yang tidak percaya diri. Padahal kita pun tahu bahwa setiap orang pada dasarnya cerdas. Tetapi karena tidak PeDe, si penulis yang seharusnya mengeksplor potensi yang ada pada dirinya justru malah menenggelamkan dirinya sendiri. Ingat, kreativitas pemikiran dan pengolahan kata itu yang lebih diutamakan, bukan sumber-sumbernya! Semoga kita tidak seperti itu ya :)

Comments

  1. Asssalamualaikum
    apakah tulisan kita di blog semisal curhatan bisa dikategorikan sebagai esai?

    ReplyDelete
  2. Asssalamualaikum
    apakah tulisan kita di blog semisal curhatan bisa dikategorikan sebagai esai?

    ReplyDelete

Post a Comment