Perkembangan teknologi bagaikan dua sisi mata uang dalam dunia pendidikan. Di satu sisi memberikan keuntungan karena memudahkan peserta didik dalam mengerjakan tugas. Misalnya, dulu kita hanya bisa mencari informasi di buku untuk menyelesaikan PR saat berada di sekolah. Nah, sekarang tinggal ketik info apa yang kita ingin cari di mbah gugel, maka kita akan dapat dengan mudah menemukannya.
Namun di sisi lain, kecanggihan teknologi justru menjadi tantangan tersendiri. Dengan melekatnya gawai dan mudahnya akses internet bagi siapa saja, dikhawatirkan generasi muda akan menjadi pribadi yang asosial sehingga menyebabkan terjadinya degradasi moral. Kita tentu pasti ingat kan dengan beberapa kejadian viral tentang anak murid yang berani melawan gurunya saat berada di kelas? Bukan enggak mungkin, salah satu penyebabnya adalah karena faktor teknologi. Wow!
Temu wicara di Pekan Perpustakaan Kemdikbud 2019 (dokpri) |
Jika sudah begini, maka pendidikan karakter adalah solusinya. Itulah yang dibahas dalam temu wicara bertemakan pendidikan karakter dan digitalisasi sekolah di Pekan Perpustakaan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan (Kemendikbud) pada Selasa, 3 Desember 2019 lalu. Turut hadir dua narasumber dari Kemendikbud yakni Pak Ade Erlangga sebagai Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM) dan Hasan Chabibie selaku Kepala Bidang Pengembangan Teknologi Pembelajaran Berbasis Multimedia dan Web Kemendikbud.
Dalam sambutannya, Pak Ade menyatakan bahwa infrastruktur itu penting dalam pendidikan. Namun itu saja enggak cukup karena pendidikan karakter jauh lebih penting.
"Karena infrastruktur yang bagus pun tidak cukup untuk menghasilkan sebuah hasil pendidikan yang hebat. Untuk itu peranan guru dalam membangun pendidikan karakter itu sangat penting karena guru itu digugu dan ditiru. Guru dapat mengukir sejarah hidup seseorang." jelasnya.
Penguatan Pendidikan Karakter, Strategi Pemerintah untuk Majukan Pendidikan
Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Pak Ade Erlangga sebagai Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM).
Untuk mewujudkan generasi yang berkarakter, oleh karena itu pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan program berupa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Program ini enggak hanya untuk menyiapkan anak agar berdaya saing secara global, namun juga memiliki akhlak dan karakter yang baik.
Nah, ternyata prinsip-prinsip PPK ini sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo lho! Seenggaknya ada 3 poin yang ditekankan pada peraturan ini.
Pertama, berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. Kedua, keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan. Terakhir, berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari. Contoh sederhananya adalah penggalangan dana untuk korban bencana, kerja bakti dan menjenguk teman yang sakit.
Oh ya, PPK ini enggak bisa berjalan sendirian lho... Untuk menyukseskan program ini, maka perlu kerja sama dan sinergi antara sekolah, keluarga dan masyarakat yang sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Kolaborasi adalah kuncinya. Hal itu dikarenakan PPK menggunakan pendekatan berbasis kelas, budaya sekolah dan bahkan masyarakat.
Latihan angklung, salah satu cara yang bisa dilakukan dalam memupuk karakter (dokpri) |
Caranya gimana? Tentu sesuai dengan perannya masing-masing. Sebagai kepala sekolah, mereka harus memastikan koordinasi dengan orang tua dan masyarakat agar berjalan dengan baik. Sebagai guru, mereka harus mampu menggali karakteristik masing-masing siswa dan menjalin komunikasi melalui orang tuanya masing-masing, mulai dari apakah anaknya tertutup, bagaimana ia berinteraksi dengan teman-temannya dan bahkan hingga seperti apa potensi yang dimiliki oleh si anak. Sebagai orang tua, mereka harus aktif untuk menjalin komunikasi dengan guru dan bahkan memberikan informasi terkait karakteristik anaknya.
Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik; di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide; dari belakang seorang guru harus memberikan dorongan dan arahan. ----Ki Hadjar Dewantara
Selain itu, pihak sekolah juga dihimbau untuk turut merangkul komunitas atau masyarakat karena belajar bisa dilakukan dimana saja. Berbagai cara bisa dilakukan, seperti mengundang alumni atau tokoh tertentu untuk hadir memberikan inspirasi kepada para siswa, melakukan kunjungan ke museum atau perpustakaan komunitas dan mendatangkan sanggar seni ke sekolah. Bukan hal yang mudah. Namun jika dilakukan, saya yakin bahwa suasana belajar pasti akan jadi lebih menyenangkan.
Digitalisasi Sekolah lewat Rumah Belajar
Selain PPK, Kemendikbud juga punya terobosan lain dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Yap! Apalagi kalau bukan digitalisasi sekolah. Hal itu dilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang semakin canggih.
Teman-teman tahu Rumah Belajar? Nah, itulah salah satu upaya digitalisasi sekolah yang telah kita punya! Rumah Belajar sendiri adalah portal pembelajaran berbasis internet yang diciptakan oleh Kemendikbud sejak 2011.
Mulanya, portal ini hanya bisa diakses via web di belajar.kemdikbud.go.id. Namun seiring berjalannya waktu, Rumah Belajar juga telah hadir dalam bentuk aplikasi android sejak 2018. Enggak perlu khawatir soal biaya karena portal pembelajaran ini bisa diakses secara gratis.
Logo Rumah Belajar (dok. Kemdikbud) |
Perkembangan portal ini luar biasa. Dari awal hanya sebatas 'sumber belajar', kini Rumah Belajar telah menjadi learning management system (LMS) terintegrasi sekaligus one stop service bagi para pemangku kepentingan di bidang pendidikan.
Hasan Chabibie selaku Kepala Bidang Pengembangan Teknologi Pembelajaran Berbasis Multimedia dan Web Kemendikbud menjelaskan bahawa rumah belajar adalah upaya dalam mempersiapkan bekal bagi generasi muda di masa sekarang agar dapat hidup sesuai zamannya nanti.
Rumah Belajar tersedia sebagai aplikasi di android (dok. Google Play Store) |
Terdapat berbagai fitur menarik di Rumah Belajar. Ada Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang memungkinkan peserta didik untuk mempelajari bank soal yang berisi kumpulan soal-soal latihan dan tes, laboratorium maya dan kelas maya, kelas virtual yang dapat dimanfaatkan oleh fasilitator atau guru yang ingin mengajar jarak jauh. Selain itu ada pula Peta Budaya yang menyediakan beragam informasi terkait budaya di Indonesia dan Wahana Jelajah Angkasa yang memudahkan peserta didik dalam mengenal benda-benda di angkasa.
Asiknya, Rumah Belajar berusaha mengakomodir kebutuhan semua peserta didik seluruh Indonesia. Oleh karena itu, Rumah Belajar juga dapat diakses secara luring bagi peserta didik yang tinggal di daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Mantap! Ini mah sesuai banget dengan slogan Rumah Belajar yakni "Belajar dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja."
Saya Optimis!
Dengan hadirnya inovasi yang dilakukan pemerintah seperti PPK dan digitalisasi sekolah, maka saya pun turut memberikan dukungan. Saya tahu bahwa ke depannya akan ada banyak tantangan yang menghadang di dunia pendidikan Indonesia, namun saya percaya bahwa dengan kolaborasi seperti yang dilakukan sekarang, SDM Indonesia akan unggul karena memiliki masa depan yang cerah. Saya optimis!
Dengan ilmu kita menuju kemuliaan ----Ki Hadjar Dewantara
Foto bersama anak-anak SDN Kutakarang 03 saat menjadi relawan pengajar di Banten Mengajar (dokpri) |
Aplikasi rumah belajar ini bagus banget terutama untuk adik-adik kita yang lokasinya di 3T ya. Semoga rumah belajar ini semakin berkembang yaa.
ReplyDelete