5 Cara Jepang Menghemat Energi

Konnichiwa minna-san! Genki desu ka?

Loh, loh kok ngomong bahasa Jepang?

Ya, Jepang adalah negara impian saya. Saya tetap cinta Indonesia. Tapi kalau ditanya negara apa yang ingin disukai dan ingin dikunjungi, maka saya akan menjawab, "Jepang!" Alasannya karena Jepang adalah negara yang maju. Selain suka dengan budaya dan keindahan alamnya, saya juga suka dengan karakter mereka yang patut ditiru oleh kita sebagai orang Indonesia. Mereka disiplin, pekerja keras, dan detail dan yang pasti cepat tanggap dalam menghadapi berbagai masalah.

Jepang (dok. japan-magazine.jnto.go.jp)
Cepat tanggap? Yup! Masih ingat soal kerusakan daerah yang diakibatkan tsunami di Jepang pada 2011? Enggak sampai bertahun-tahun, Jepang cepat sekali dalam melakukan "recovery" atau pemulihan terhadap keadaan negaranya. Itu menjadi bukti bahwa kalau ada masalah, Jepang tak ingin berlarut-larut. Jepang cepat tanggap karena mereka ingin segera menyelesaikannya. 

Sikap cepat tanggap ini tak hanya tercermin saat peristiwa tsunami, melainkan juga saat Jepang menghadapi krisis energi yang terjadi di negaranya. Tanpa berlama-lama, Jepang segera cepat tanggap dalam melakukan konservasi energi atau penghematan energi dengan cara-cara kreatif. Seperti apa langkah dan cara yang dilakukan oleh Jepang? Berikut adalah setidaknya 5 cara kreatif Jepang dalam melakukan penghematan energi.

1. Kampanye Super Cool Biz: Karyawan Boleh Pakai Kasual Saat Ngantor 

Dalam bekerja di kantor, para pekerja biasanya dituntut untuk berpakaian formal dan rapi. Misalnya memakai kemeja, dasi atau bahkan jas. Sekilas sih peraturan ini standar dan biasa saja. Namun tahu enggak sih kalau peraturan memakai pakaian formal atau rapi saat bekerja ternyata bisa membuat pemakaian energi menjadi lebih boros?

Oleh karena itu pemerintah jepang melalui Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mengadakan program bernama "Super Cool Biz". Program ini diluncurkan oleh menteri lingkungan hidup Jepang, Ryu Matsumoto yang merupakan kelanjutan dari kebijakan Yuriko Koike saat menjabat sebagai menteri pada 2005. 

Dalam program "Super Cool Biz", pemerintah Jepang membuat sebuah kebijakan yang membebaskan karyawan kantor untuk berpakaian kasual. Pokoknya enggak pakai kemeja dan dasi deh. Dalam keadaan tertentu, mereka juga enggak mesti bekerja di kantor, tetapi juga bisa bekerja di rumah. 
Super Cool Biz (env.go.jp)
Loh terus apa hubungannya pakaian  sama penghematan energi? Untuk mengurangi dampak krisis energi sejak tragedi kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, Ryu meminta perusahaan dan kantor pemerintajan di Jepang untuk mengurangi pemakaian listrik dengan cara menaikkan suhu pendingin udara (AC) hingga 28%. Nah, dengan kondisi memakai pakaian kantor dalam suhu AC dinaikkan, maka para karyawan akan mengalami kegerahan dan bekerja tidak secara maksimal. Oleh karenanya, Jepang memberikan solusi dengan memperbolehkan karyawan untuk berpakaian kasual agar tidak mengalami kegerahan atau kepanasan saat bekerja. Para pria bisa memakai kaos polo, kaos aloha, sepatu sneaker dan bahkan celana jeans dan sandal. Adapun para wanitanya dapat mengenakan celana panjang khaki, celana panjang putih dan bahkan gaun berbahan dasar poliester. 
Suasana kantor di Jepang (dok. mainichi.jp)
Sepele sih, tapi tahu enggak sih kalau langkah ini memberikan dampak banget untuk energi di Jepang? Ternyata lewat program ini Jepang mampu mengurangi konsumsi listrik perusahaan sebesar 15 hingga 20% karena setiap kenaikan 1 derajat celcius setara dengan berkurangnya kebutuhan listrik sebanyak 3 hingga 5 persen. Hal ini membuat karbondioksida berkurang drastis hingga 1,14 juta ton emisi per tahun atau setara dengan 2.5 juta rumah tangga per bulan. Wuidih!

2. Tren Rumah Hemat Energi
Tragedi yang terjadi di Pembangkit Listrik di Fukushima beberapa tahun silam ternyata membawa dampak positif bagi perkembangan energi di Jepang. Sebab sejak tragedi itu terjadi, Jepang giat membangun rumah-rumah hemat energi.

Program pembangunan rumah hemat energi ini tidak dilakukan sendirian, melainkan merupakan kerja sama antara Jepang dan Jerman. Para pembuat rumah ini termasuk dalam perhimpunan ekonomi Jepang yang disebut sebagai "Club Vauban" yang terinspirasi dari nama daerah di Jerman. Mereka terdiri dari 50 perusahaan bangunan kecil dan sedang yang memiliki tujuan yang sama, yakni membangun rumah-rumah dengan energi yang lebih efisien.

Konsep rumah hemat energi (dok. e-zigurat.com)
Rumah hemat energi, rumah seperti apa yang dimaksud? Rumah hemat energi yang dimaksud adalah rumah model Jerman yang dinamakan sebagai rumah passiv. Pada rumah passiv, temperatur pada bangunannya dibuat sedemikian optimal, baik pada musim panas ataupun musim dingin dengan prinsip kerja manajemen panas. Intinya, rumah hemat energi mencegah kehilangan panas dan mengoptimalkan sirkulasinya. Panas tersebut didapatkan dari alam, terutama dari sinar matahari yang masuk lewat jendela serta radiasi panas penghuni dan peralatan rumah tangga.

Seorang arsitek Jepang, Miwa Mori yang  telah mendapatkan beasiswa Jerman yakni DAAD menjelaskan bahwa prinsip dari rumah hemat energi adalah memasukkan energi sebanyak mungkin lewat jendela ke dalam ruangan. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai alat penunjang, seperti  isolasi panas di dinding, material penyimpan panas hingga jendela berkualitas terbaik. Tujuannya adalah agar saat musim panas tiba sirkulasi udara tetap terjaga dengan baik.
Rumah passiv pertama di Jepang rancangan Miwa Mori (dok. dw.com)
Pembangunan rumah hemat energi sebenarnya memakan biaya lebih mahal ketimbang membangun rumah biasa. Namun keuntungannya adalah biaya pembangunan rumah hemat energi yang mahal itu bisa dikompensasi dengan ongkos energi yang hemat hingga 80 persen. Kelebihan lainnya adalah iklim di dalam rumah juga bersifat lebih menyehatkan karena dibangun secara ekologis. Hadirnya rumah hemat energi dengan standar Jerman, sekarang warga Jepang dapat melakukan konservasi energi dan tinggal di rumah dengan lebih nyaman.

3. Penggunaan Lampu LED
Inilah yang dilakukan Jepang dalam rangka menghemat energi, yakni dengan penggunaan lampu LED (Light Emitting Diode) untuk kebutuhan penerangan. Berbagai fasilitas umum di Jepang telah menggunakannya. Di Jepang sendiri pasar LED telah mencapai 80 persen dari penggunaan lampu, termasuk jenis incandescent dan Compact Fluorescent Lamps (CFL).

Ilustrasi lampu LED (dok. aliaexpress.com)
Langkah ini sederhana, namun sebenarnya bermakna besar. Dibanding menggunakan lampu biasa, lampu LED mampu menghemat pemakaian listrik hingga 85 persen. Itu karena lampu LED menghasilkan cahaya yang lebih terang tetapi memakan energinya yang sedikit. Penggunaan produk ramah lingkungan memang penting dan tak bisa ditawar-tawar lagi di masa depan. Panasonic adalah salah satu perusahaan besar yang fokus dalam pengembangan lampu LED.

Lampu LED tak hanya dipakai untuk penerangan di rumah namun juga bisa dipakai di berbagai fasilitas umum, seperti bandara, terowongan, rumah sakit, sekolah, lampu jalan hingga bandara. Dibanding untuk penerangan di rumah, penerangan di fasilitas umum membutuhkan energi yang banyak. Di mall saja setidaknya dibutuhkan 3000 lampu. 
Pemasangan lampu LED di Jepang (dok. en.rocketnews24.com)
Canggihnya, lampu LED kini juga dilengkapi dengan teknologi sensor. Jadi lampu tersebut bisa mendeteksi apakah di dalam ruangan ada orang atau tidak sehingga terang-gelapnya bisa disesuaikan. Kelebihan lainnya adalah lampu LED memiliki sensasi cahaya dan warna hidup dan dinamis. Contohnya, pencahayaan di restoran atau supermarket bisa diatur sehingga warna makanan tampak lebih "eye-catching" sehingga mendorong konsumen untuk membelinya. Wah, keren ya? 

4. Cool Choice, Kampanye Hemat Energi untuk Anak Muda
Senagai salah satu negara yang menandatangani perjanjian internasional dalam misi penurunan emisi karbon pada 2015 di Paris, Jepang serius dalam menanangani masalah energi. Oleh karena itu melalui Kementerian Lingkungan Hidup, Jepang meluncurkan program Cool Choice. Cool Choice ini adalah kampanye pendidikan kepada warga Jepang untuk membudayakan perilaku hemat energi. Tak hanya orang dewasa, Jepang juga menyasar anak muda. Rendahnya anak muda di Jepang yang peduli akan isu lingkungan menjadi latar belakangnya. Sebagai negara yang terkenal dengan anime, Jepang pun menggunakan karakter moe, singkatan dari Ministry of the Environment.

Logo Cool Choice (dok. city.yokohama.lg.jp)
Ada beberapa karakter dalam kampanye ini. Pertama adalah Kimino Ima, yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti masa sekarangmu. Karakter ini sifatnya pemalas dan tidak menggunakan energi dengan  efisien. Ima selalu menyalakan lampu dan membiarkan pintu kulkas terbuka. Pokoknya dia itu enggak punya tanggung jawab sama sekali deh dalam menggunakan energi! Sampai-sampai Ima suka menyalakan pemanas saat musim dingin supaya bisa makan es krim. Weleh, weleh!

Kimino Ima (dok. wowjapan.asia)
Kimino Ima enggak sendiri. Dia punya teman yang berarti Kimino Mirai. Mirai berarti masa depan sedangkan Kimi No berarti kamu. Jadi Mirai Kimino berarti masa depanmu. Berasal dari dunia paralel, Mirai ini memiliki sifat dan karakter yang berbanding terbalik dengan si Ima. Selain cerdas, Mirai juga orangnya hidup bersih, makmur, maju dan berkelanjutan. Tahu bahwa Ima orangnya enggak bertanggung jawab, Mirai pun mengajarkan kepada Ima tentang bagaimana membiasakan diri untuk hidup lebih efisien dalam menggunakan energi untuk menyelamatkan lingkungan. 

Mirai Kimino (dok. wowjapan.asia)
Karakter Ima dan Mirai tidak dibuat begitu saja, melainkan dipilih setelah Kementerian Lingkungan Hidup menerima 135 submisi. Untuk menyebarkan pesan hemat energi lebih luas, dua karakter ini terdapat di dalam video dan aplikasi. Ima dan Mirai kemudian akan memberikan edukasi kepada masyarakat, salah satunya adalah tentang bagaimana membuat rumah menjadi lebih hemat energi. Wah, ini cocok banget buat generasi milenial yang akrab dengan gawai! Hoho. 

5. Setsuden
Tragedi hancurnya pembangkit listrik di Fukushima membawa dampak yang besar bagi perkembangan energi di Jepang. Selain meluncurkan program cool biz dan terbangunnya tren rumah hemat energi, Jepang juga meluncurkan kampanye "Setsuden" atau penghematan energi.
Setsuden (dok. japantoday.com)
Warga Jepang mendukung kampanye ini dengan baik dengan langkah-langkah kecil, seperti mematikan lampu saat tak terpakai, mengurangi pemakaian pendingin ruangan (AC), mematikan komputer dan sebagainya. Masyarakat Jepang mendukung program ini juga karena mereka takut terjadi pemadaman listrik secara serentak akibat hancurnya pembangkit di Fukushima.

Setsuden memberikan kesempatan bagi Jepang untuk mendorong penggunaan energi yang lebih efisien di bawah kebijakan nasional tentang kekuatan nuklir sebagai pembangkit listrik. Ini adalah tantangan bagi para aktivis lingkungan untuk menghubungkan setsuden untuk melarang energi nuklir. Faktanya, penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin masih rendah di Jepang dengan presentase kurang dari 2% dari total seluruh penggunaan energi di Jepang. Melalui setsuden, pemakaian energi di Jepang menjadi lebih hemat.


Itulah 5 cara yang dilakukan oleh Jepang dalam rangka mendukung penghematan energi guna mewujudkan kedaulatan energi yang lebih baik. Tentu Jepang memiliki banyak cara, namun itu hanya lima saja di antaranya. Wah, kreatif banget ya cara-caranya. Semoga suatu hari nanti Indonesia melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (www.esdm.go.id) dan berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup bisa turut mencontohnya ya!*** #15HariCeritaEnergi 

Referensi:
1. "Cara Jepang Menghemat Energi"
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/08/cara-jepang-menghemat-energi

2. "Tren Rumah Hemat Energi di Jepang"
http://www.dw.com/id/tren-rumah-hemat-energi-di-jepang/a-17203141

3. "Teknologi Rumah Hemat Energi" 
http://www.dw.com/id/teknologi-rumah-hemat-energi/a-15083078

4. "Lampu LED Tak Hanya Membawa Terang"
https://www.google.co.id/amp/s/app.kompas.com/amp/sains/read/2014/11/27/16561731/Lampu.LED.Tak.Hanya.Membawa.Terang

5. Pemerintah Jepang Berikan Pelajaran Hemat Energi dengan Karakter Moe
https://japanesestation.com/pemerintah-jepang-berikan-pelajaran-hemat-energi-dengan-karakter-moe/

6. "Energy-saving 'Setsuden' Campaign Sweeps Japan After  Fukushima"
https://www.theguardian.com/environment/2011/aug/22/energy-saving-setsuden-japan-fukushima

7. "Japan Begins "Super Cool Biz" Casual Work Wear Campaign"
http://www.japanbullet.com/news/japan-begins-super-cool-biz-casual-work-wear-campaign

Comments

  1. Wah..suka banget sama karakter Mirai Kimino deh...jepang Kreatif banget yaa.. kampanye dan langkah langkah jepang menyeluruh ya..ga hanya untuk Anak muda tapi sampai ke orang dewasa juga. Ternyata bagus ya idenya pakai kasual, sederhana tapi dampaknya besar. Ku suka banget sama konsep rumah hemat energi..bisa sampai 80% penghematannya cool abis..Semoga Indonesia bisa juga yaa semaksimal jepang dalam hal hemat energi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asik kali ya kalau di Indonesia juga diterapin? Hoho

      Delete
  2. jepang memang keren ya. saya juga suka sama negara jepang tapi lebih karena hanya saya suka doraemon :D dan sekarang saya semakin kagum sama jepang yg pemerintahnya bisa melakukan program penghematan energi sampai sedetail itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama dong kita. Saya juga suka doraemon kok :D

      Delete

Post a Comment